Respon: Boikot Sebagai Bentuk Tindakan (R)
Barulah reaksi atau tindakan yang sebenarnya terjadi setelah proses penafsiran terjadi pada tingkat organisme. Ketika merek diboikot, pelanggan memilih untuk tidak membeli barang dari merek yang terkesan mendukung Israel. Perlawanan ini dilakukan secara individu maupun kolektif melalui kampanye di media sosial, petisi online, dan bahkan demonstrasi di dunia nyata.
Selain itu, kemampuan media sosial untuk menyebarkan informasi mempercepat dan memperluas gerakan boikot. Tagar seperti #BoycottIsrael dan #BoycottBrands sering menyebar dan menarik perhatian publik. Kampanye boikot ini ditujukan kepada konsumen dan bisnis, meminta mereka mengubah kebijakan atau setidaknya mengklarifikasi dugaan dukungan mereka terhadap Israel.
Hubungan Antara Teori S-O-R dan Fenomena Boikot
Teori S-O-R membantu menjelaskan bagaimana pesan merek yang pro-Israel dapat memicu boikot oleh masyarakat. Stimulus, yang berupa berita atau informasi yang disebarluaskan, kemudian diproses oleh individu atau organisasi sesuai dengan pandangan dan prinsip mereka, menyebabkan gerakan boikot sebagai reaksi. Faktor-faktor psikologis, sosial, dan budaya yang mempengaruhi cara seseorang mencerna informasi sangat memengaruhi bagaimana mereka menanggapi rangsangan tersebut.
Kesimpulan Fenomena boikot terhadap merek-merek yang dianggap mendukung Israel adalah tanggapan terhadap rangsangan informasi dan pesan yang disebarkan melalui berbagai media. Dalam teori komunikasi S-O-R, fenomena ini dapat digambarkan sebagai proses di mana individu atau kelompok (organisasi) menerima rangsangan berupa informasi tentang dukungan merek Israel dan kemudian memicu boikot.
Keyakinan agama, budaya, dan sosial juga memengaruhi reaksi masyarakat terhadap stimulus, yang pada akhirnya menyebabkan gerakan boikot di seluruh dunia meningkat.