Tahapan pemilihan diawali dengan pemaparan grand design oleh masing-masing Presiden/Ketua BEM yakni Satria Naufal Putra Ansar dari Universitas Brawijaya dan Verrel Uziel dari Universitas Indonesia. Universitas Brawijaya dalam pemaparan grand design-nya menggagas mengenai terbentuknya eskalasi gerakan BEM SI Kerakyatan yang pro-aktif dan bersifat menyeluruh.
Dalam pemaparannya, Universitas Brawijaya memiliki segmentasi fokusan isu yang meliputi pengawalan terakhir pemerintahan Jokowi-Maruf Amin, pengawalan pemerintahan Prabowo-Gibran yang akan datang, pengawalan lame duck session dalam pemerintahan, autocratic legalism, demokrasi, pemindahan Ibukota Negara, HAM, korupsi, reformasi hukum, ketahanan pangan, energi, ketenagakerjaan, pendidikan, serta ekonomi.
Lain dari pada itu, pola analisis isu yang digunakan mengedepankan skala prioritas yang diturunkan melalui pemetaan isu dengan dua kriteria utama yakni genting dan penting. Genting dalam
konteks ini ditandai dengan suatu isu yang memang menekankan akan urgensi isu tersebut di masyarakat. Sedangkan penting melihat dari segi output isu tersebut untuk segera dirubah kebijakannya.
selanjutnya yaitu pemilihan dengan mekanisme terbuka yang dilaksanakan pada 31 Mei 2024 dini hari menempatkan Universitas Brawijaya unggul terhadap Universitas Indonesia. Secara akumulatif, Universitas Brawijaya berhasil memegang kepercayaan 10 wilayah yang terdiri dari Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kaltim-Sel-Tara, Sulawesi, dan Papua-Maluku.
Adapun 4 wilayah lainnya yakni Aceh, BSJB, dan Sumatera Utara mempercayai Universitas Indonesia serta Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) yang memilih untuk abstain. Kepercayaan yang dimandatkan kepada Universitas Brawijaya melalui MUNAS BEM SI Kerakyatan Ke-XVII yang dihadiri 106 kampus ini merupakan tanggung jawab besar yang menandakan bahwa terdapat keinginan seluruh tubuh aliansi BEM SI Kerakyatan untuk melakukan pembenahan serta menghadirkan pembaharuan ke arah yang lebih baik.
Hal ini juga merupakan titik awal untuk memperjuangkan gerakan mahasiswa dengan iklim yang pro-aktif, dinamis, serta inklusif. Harapannya, BEM SI Kerakyatan dapat memperkuat nilai dan perjuangan gerakan mahasiswa hari ini sesuai dengan kompas moral yang ideal. Dengan begitu maka aliansi ini dapat memiliki nafas panjang untuk terus memperjuangkan hak-hak Rakyat Indonesia.
(Taufik Fajar)