Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ternyata Ada Sampah di Luar Angkasa, Apa Dampaknya untuk Bumi?

Timothy Gishelardo , Jurnalis-Jum'at, 08 Desember 2023 |14:20 WIB
Ternyata Ada Sampah di Luar Angkasa, Apa Dampaknya untuk Bumi?
Ternyata di luar angkasa ada sampah (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA – Tahukah kamu, ternyata ada ribuan kepingan dan objek luar angkasa di luar bumi yang sudah tidak terpakai atau yang biasa disebut dengan sampah luar angkasa. Sampah luar angkasa mengambang dan tertinggal di orbit di sekitar Bumi sehingga memunculkan tanda tanya mengenai pengaruhnya terhadap manusia yang tinggal di Bumi. Apakah berbahaya untuk kita? Mari simak penjelasannya.

Sampah luar angkasa adalah komponen sisa dari sistem di luar bumi yang sudah lagi tidak terpakai. Biasanya sampah luar angkasa berupa debu, fragmentasi ledakan, atau partikel kecil lainnya. Sampah luar angkasa sendiri diciptakan oleh manusia melalui sampah dari satelit atau objek luar angkasa yang sudah tidak digunakan dan sisa-sisa puing akibat peluncuran roket.

 BACA JUGA:

Hal tersebut menjadi sebuah kekhawatiran baru bagi banyak pihak terkait dengan efek yang dapat ditimbulkan oleh sampah luar angkasa. Mengingat bahwa kedepannya masih akan ada banyak aktivitas luar angkasa yang akan dilakukan oleh manusia, sehingga otomatis akan menghasilkan sampah luar angkasa yang lebih banyak lagi.

Melansir dari laman The Science Times, Jumat (8/12/2023), sejak 1957, Badan Antariksa Eropa telah berhasil meluncurkan roket sebanyak 14.450 satelit ke orbit bumi. Selama periode yang sama, telah terjadi lebih dari 630 tabrakan, ledakan, atau kejadian tak terencana lainnya yang menyebabkan serpihan pecahan.

Combined Force Space Component Command (CFSCC) yang merupakan komando komponen ruang angkasa gabungan, melacak dan merinci bahwa sekiranya ada 32.750 objek yang mengambang di orbit bumi. Tim CFSCC sendiri hanya mampu mengambil objek yang berukuran 19,7 inci (50 sentimeter) dan melaju dengan kecepatan 1,86 mil per detik (3 kilometer per detik) sejauh 22.236,4 mil (35.786 kilometer) dalam orbit geostasioner.

Yang menjadi permasalahan adalah sampah-sampah luar angkasa yang memiliki ukuran yang lebih kecil. Menurut data, terdapat 1 juta benda berukuran antara 0,39-3,9 inci (1-10 sentimeter) dan 130 juta benda berukuran antara 0,04-0,39 inci (1 milimeter hingga 1 sentimeter). Semakin kecil objek tersebut, mereka akan bergerak lebih cepat dari peluru, sehingga dapat menyebabkan kerusakan luar biasa pada objek aktif di orbit.

 BACA JUGA:

Mikrometeroit atau partikel yang berukuran kecil (antara 25-400 mikrometer) tercipta melalui serpihan cat dan tetesan antibeku yang membeku. Debu luar angkasa tersebut dapat merusak panel surya yang sedang digunakan oleh satelit aktif di luar Bumi.

Puing-puing lainnya yang mudah terbakar juga turut membahayakan atmosfer karena akan menyebarkan polutan ketika mereka meledak. Selain itu, terdapat juga satelit yang berisikan baterai nuklir dengan bahan radioaktif yang berpotensi menimbulkan kontaminasi berbahaya jika kembali ke Bumi.

Sampah luar angkasa yang berukuran kecil berpotensi merusak satelit aktif di luar angkasa namun akan terbakar habis sebelum sampai di bumi. Sedangkan sampah luar angkasa berukuran besar, dapat mencapai bumi dan menyebabkan kerusakan yang cukup besar.

 BACA JUGA:

Karena melepaskan komposisi bahan kimia ke atmosfer saat masuk kembali ke bumi, sampah luar angkasa melemahkan lapisan ozon. Hal tersebut yang mengancam kesempatan eksplorasi ke luar ruang angkasa kedepannya dan generasi manusia di masa depan.

(Marieska Harya Virdhani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement