Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dikira Emas Ternyata Batu Meteorit, Kini Disimpan di Museum

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Rabu, 29 November 2023 |11:01 WIB
Dikira Emas Ternyata Batu Meteorit, Kini Disimpan di Museum
Batu yang semula dikira emas ternyata meteorit (Foto: Museum Melbourne/Science Times)
A
A
A

JAKARTA - Sebuah batu langka menjadi sorotan di Museum Melbourne, Australia. Pasalnya, semula batu tersebut dikira emas, ternyata meteorit. Bagaimana kisahnya?

Batuan mirip emas ini ditemukan oleh David Hole di Maryborough Regional Park pada tahun 2015. Hole membawa detektor logam ketika dia menemukan batu kemerahan dan berat yang terletak di atas tanah liat kuning.

Dilansir dari Science Times, Rabu (29/11/2023), ia kemudian membawanya pulang dan mencoba membukanya, merasa yakin bahwa batu itu berisi bongkahan emas di dalamnya. Hal ini masuk akal karena Maryborough terletak di kawasan Goldfields, tempat demam emas di Australia mencapai puncaknya pada tahun 1900-an.

 BACA JUGA:

Pria tersebut mencoba menggunakan bor, penggiling sudut, gergaji batu, dan bahkan menyiram asam untuk membuka batu tersebut. Namun, hal ini tidak berhasil. Bahkan palu godam saja tidak cukup untuk membukanya.

Tampaknya batu yang menyerupai emas itu bukanlah bongkahan emas sama sekali. Lubang masih belum bisa membuka batu tersebut, namun dia tetap penasaran dengan temuan tersebut. Oleh karena itu, dia membawa batu tersebut ke Museum Melbourne untuk mencari tahu apa itu.

 BACA JUGA:

Saat itulah Hole mengetahui bahwa batu tersebut sebenarnya adalah meteorit langka. Ahli geologi Dermot Henry dari Museum Melbourne menjelaskan bahwa batu tersebut memiliki tampilan berlesung pipit dan terpahat. Ciri-ciri tersebut terbentuk ketika meteorit memasuki atmosfer. Mereka meleleh secara eksternal, dan atmosfer akhirnya membentuknya.

Henry lebih lanjut menjelaskan bahwa meskipun dia telah melihat beberapa batu yang diyakini sebagai meteorit, hanya ada dua persembahan yang ditemukan sebagai meteorit sebenarnya. Temuan Hole adalah salah satu dari keduanya.

Peneliti kemudian merinci temuan meteorit tersebut dalam penelitian bertajuk "Maryborough, penemuan meteorit H5 baru dari Victoria, Australia". Studi tersebut merinci meteorit berusia 4,6 miliar tahun, yang diberi nama Maryborough sesuai dengan kota tempat penemuannya.

Meteorit itu memiliki berat total 17 kilogram. Para peneliti menggunakan gergaji berlian untuk mengambil bongkahan batu tersebut dan menemukan bahwa batu tersebut mengandung kandungan besi yang tinggi. Hal ini membuat batu tersebut menjadi kondrit biasa H5. Ketika batuan tersebut terbuka, seseorang juga dapat mengamati tetesan kristal kecil dari mineral logam yang dikenal sebagai chondrules.

Henry mencatat bahwa meteorit berfungsi sebagai cara termurah untuk menjelajahi ruang angkasa karena membawa umat manusia kembali ke masa lalu dan memberikan petunjuk mengenai kimia, pembentukan, dan usia tata surya. Beberapa juga memberikan petunjuk tentang bagian dalam bumi.

Beberapa meteorit juga memiliki debu bintang yang usianya lebih tua dari tata surya itu sendiri. Ini menunjukkan pembentukan dan evolusi bintang untuk membuat tabel periodik unsur. Batuan lain juga mengandung asam amino, yang dikenal sebagai bahan penyusun kehidupan.

 BACA JUGA:

Henry menjelaskan, meteorit tersebut kemungkinan besar berasal dari sabuk asteroid yang terletak di antara Jupiter dan Mars. Penanggalan karbon juga menunjukkan bahwa batu tersebut telah berada di Bumi selama sekitar 100 hingga 1.000 tahun. Ada juga beberapa penampakan meteor dari tahun 1889 hingga 1951 yang mungkin menyamai kedatangan meteorit tersebut.

Para peneliti berpendapat bahwa meteorit tersebut jauh lebih langka dibandingkan dengan emas, sehingga memiliki nilai ilmiah yang besar. Meteorit Mayborough adalah salah satu dari 17 jenis meteorit yang tercatat di negara bagian Victoria. Ini juga merupakan yang terbesar kedua dalam hal massa kondritik.

(Marieska Harya Virdhani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement