JAKARTA - Bakteri Wolbachia merupakan bakteri yang ramai diperbincangkan. Bakteri ini dimasukkan ke dalam telur nyamuk untuk mengurangi risiko penularan Demam Berdarah Dengue (DBD). Rupanya, bakteri ini juga ditemukan di beberapa serangga lain.
Ahli Spesialis Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Zubairi Djoerban menjelaskan Wolbachia adalah semacam bakteri yang ditemukan pada sekitar 60 persen dari semua jenis serangga. Yaitu termasuk kupu-kupu dan lebah. Setidaknya, ada sekitar 6 dari 10 serangga yang mengandung Wolbachia.
BACA JUGA:
“Bakteri ini tidak bisa menyebabkan sakit pada manusia maupun binatang (kucing, anjing, ikan),” kata Prof Zubairi, dikutip dalam akun X miliknya @ProfesorZubairi, Selasa (21/11/2023).
Wolbachia ini juga tidak ditemukan pada nyamuk aedes aegypti. Untuk itu, para peneliti sekarang memasukkan Wolbachia ke dalam telur nyamuk aedes aegypti.
BACA JUGA:
Dari telur-telur itu lah maka akan terbentuk nyamuk dengan kandungan Wolbachia di dalamnya. Akan tetapi, nyamuk ini sendiri juga diproduksi secara masal di laboratorium, dengan nyamuk jantan yang diinfeksi maka ia akan dilepas ke daerah yang memiliki banyak aedes aegypti.
“Nyamuk jantan kemudian akan kawin dengan nyamuk betina di lingkungan tersebut. Karena itulah, nyamuk hasil kawin ini tidak akan menetas sehingga mengurangi aedes aegypti di daerah target,” ucap Prof Zubairi.
Lantas bagaimana dengan nyamuk betina yang terinfeksi tetapi tidak dilepas? Menurut Prof Zubairi, mereka akan tetap membuat keturunan di dalam laboratorium.
Selain itu, dalam penggunaan jenis wolbachia yang dipakai pada nyamuk juga memiliki persis sama dengan jenis yang ditemukan di seluruh dunia. Maka dari itu, setidaknya dalam waktu setiap hari, wolbachia ini memang ada di sekitar kita. Hanya saja dapat menimbulkan masalah atau tidak, belum diketahui secara pasti. Akan tetapi sampai saat ini tidak ada data yang membuktikan Wolbachia menimbulkan masalah.
BACA JUGA:
“Selama ini tidak ada data yang membuktikan bakteri Wolbachia dapat menyebabkan masalah pada manusia, binatang, maupun lingkungan,” tuturnya.
(Marieska Harya Virdhani)