JAKARTA - Pernahkah kamu melihat kucing berkomunikasi dengan kucing lainnya? Para ilmuwan di University of California Davis meneliti komunikasi kompleks di balik aroma binatang, salah satunya kucing.
Dilansir dari Science Alert, Minggu (19/11/2023), engan menganalisis sekresi kelenjar dubur dari 23 kucing peliharaan dari rumah sakit pendidikan kedokteran hewan UCD, tim peneliti telah menunjukkan korelasi antara beberapa jenis bakteri dan sintesis molekul bau tertentu. Temuan ini mengisyaratkan kemungkinan bahwa bakteri di dalam dan sekitar anus kucing dapat menghasilkan senyawa organik volatil (VOC) yang berbau, yang dapat menyampaikan informasi penting kepada sesama pengendus dubur kucing.
BACA JUGA:
Dalam penelitian yang dipimpin oleh ahli ekologi evolusioner Connie Rojas, kucing muda dan tua menunjukkan tingkat bakteri tertentu yang sedikit berbeda dalam sekresi kelenjar duburnya, kemungkinan karena perubahan alami yang terjadi pada tubuh atau sistem kekebalan seiring bertambahnya usia. Meskipun ukuran sampel terlalu kecil untuk menarik lebih banyak kaitan, para peneliti juga memperhatikan beberapa perbedaan penanda mikroba di anus kucing yang mengalami obesitas dan kucing yang hanya hidup di dalam ruangan.
BACA JUGA:
Saat ini, tidak jelas apakah ini hanya hubungan, atau apakah paparan kucing terhadap unsur-unsur luar, seperti parasit, atau kesehatan kardiovaskularnya mengubah komunitas bakteri di anusnya. Para ilmuwan juga tidak dapat memastikan apakah perubahan bakteri ini secara langsung menyebabkan perubahan aroma secara fungsional. Para peneliti di UCD hanya mampu mengidentifikasi taksa bakteri atau jalur gen yang berpotensi terlibat dalam produksi bau.
Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menghubungkan keduanya, secara kausal, dan tidak hanya pada kucing rumahan. Penciuman jelas merupakan bagian penting dari cara banyak hewan berkomunikasi, dan cara sinyal tak kasat mata ini dikirim dan diterima mewakili cara unik untuk memahami interaksi di alam. Namun demikian, para ilmuwan secara historis telah mengabaikan indera penciuman, tidak hanya pada spesies kita, tetapi bahkan pada hewan yang sangat umum dan banyak dipelajari seperti burung.