Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Arkeolog Pecahkan Misteri Mumi Babun Berusia 100 Tahun

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Senin, 06 November 2023 |15:15 WIB
Arkeolog Pecahkan Misteri Mumi Babun Berusia 100 Tahun
Misteri mumi babun terungkap oleh arkeolog (Foto: National Geographic Indonesia)
A
A
A

JAKARTA - Arkeolog akhirnya dapat memecahkan misteri golongan hewan primata babun yang dijadikan mumi di Mesir. Penelitian terbaru meneliti DNA sisa-sisa misterius mumi babun, yang ditemukan jauh dari habitat aslinya lebih dari seratus tahun yang lalu di Mesir. Hal itu menjelaskan pentingnya makna sakral primata di zaman Arab kuno.

Dalam mempelajari makhluk aneh tersebut, para peneliti di proyek tersebut juga yakin bahwa mereka telah mengungkap bukti baru bahwa Punt dan Adulis, dua wilayah perdagangan legendaris yang membentuk struktur ekonomi dan geopolitik dunia, mungkin merupakan tempat yang sama di wilayah pesisir di Eritrea. Babun hamadryas yang menjadi mumi ditemukan pada tahun 1905, terkikis dari lembah monyet, sebuah situs arkeologi di tepi barat Sungai Nil Luxor yang terkenal dengan penggambaran babun di dinding makam yang ditemukan di dekatnya.

 BACA JUGA:

Makhluk-makhluk itu kehilangan gigi taringnya yang ganas, namun, tidak seperti spesimen mumi babun lain yang ditemukan pada jangka waktu yang sama. Mereka tidak dikuburkan bersama bangsawan pada saat itu atau ditemukan di katakombe kelompok, sehingga menimbulkan pertanyaan selama beberapa dekade tentang bagaimana mereka sampai di sana.

 BACA JUGA:

Berkat Kecanggihan Teknologi

Ilmu pengetahuan akhirnya cukup maju untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang babun. Setelah menguji sepuluh spesimen berbeda dan mampu mengekstraksi DNA hanya dari satu spesimen, Gisela Kopp, ahli biologi dari Universitas Konstanz, menggunakan metode baru analisis genetik pada DNA dari spesimen tersebut untuk melacak asal-usulnya. Penemuan Kopp ini merupakan pertama kalinya DNA purba dari mumi primata non-manusia berhasil dianalisis sejauh ini.

Antropolog Nathaniel Dominy dari Dartmouth College, mengatakan kepada Insider bahwa babun sering kali hilang dari karya seni Afrika pada saat itu karena reputasi mereka sebagai hama di habitat aslinya, tetapi mereka memiliki arti khusus di Mesir. “Di seluruh Afrika, Anda akan melihat banyak gajah dan jerapah, dan segala jenis yang mewakili binatang, tapi sangat jarang babun. Dan itu karena, secara umum, babun tidak disukai. Mereka menyerang tanaman, mereka menghancurkan kehidupan Anda. Penuh mitos sebagai pertanda penyakit,” kata Dominy.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement