MALANG - Pengelola wisata Pesarean Gunung Kawi bertemu dengan pihak Universitas Brawijaya (UB) pasca surat terbuka mengenai penelitian pesugihan di Gunung Kawi. Pihak pengelola tidak terima dengan penelitian tersebut yang mengaitkan dampak ritual mistis dan gangguan mental hingga halusinasi.
Pertemuan ini dilakukan di kompleks Pesarean Gunung Kawi, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Pada pertemuan Selasa sore (24/10/2023) tersebut tampak hadir Muspika Kecamatan Wonosari, pihak pemerintah desa, pihak yayasan selaku pengelola Pesarean Gunung Kawi yang terdiri dari Penasehat Yayasan Ngesti Gondo Rr. Yusworini, Ketua Yayasan Ngesti Gondo HR. Tjandra Jana, selaku pengelola wisata Pesarean Gunung Kawi.
Dari sisi pihak Universitas Brawijaya, sejumlah pejabat terkait mulai Kepala Divisi (Kadiv) Hukum Haru Permadi, beberapa staf hukum, kemahasiswaan juga hadir, termasuk lima mahasiswa UB yang melakukan penelitian di kawasan Gunung Kawi, yang memantik kontroversi berujung surat terbuka tuntutan.
Di sisi lain, Juru Bicara Yayasan Ngesti Gondo Alie Zainal Abidin menjelaskan, bila kesepakatan antara pihak yayasan dan UB telah menyepakati menghapus beberapa diksi kata seperti tumbal, pesugihan, dan penderita gangguan jiwa. Menurutnya itu solusi sementara dan akan dilihat kembali ke depannya.
"Yang menjadi fokus di yayasan itu ada pada penulisan gunung kawi, tumbal, pesugihan, dan penderita gangguan jiwa. Itu tadi disampaikan bahwa dari pihak yayasan berkeberatan dengan penggunaan kata-kata itu, sehingga harapannya ke depannya ya dikoreksi oleh para peneliti, sehingga nanti pertemuan ini betul-betul ada hasilnya," jelas Alie Zainal Abidin, dikonfirmasi pada Rabu (25/10/2023).
Sementara itu, Kadiv Hukum UB Haru Permadi menuturkan, telah terjadi kesepakatan antara pihak UB dan yayasan selaku pengelola Pesarean Gunung Kawi. Salah satu yang menjadi kesepakatan adalah pengubahan dan memperhalus diksi kalimat di media sosial, supaya tidak membuat kegaduhan.
"Kesepakatannya terkait sosial media temen-temen peneliti yang dinilai membuat kegaduhan akan dilakukan dibuatkan semacam penegasan, semacam kalimatnya ditata supaya tidak menjadi kegaduhan, terkait sosial media," kata Haru.
Sementara di beberapa kalimat di penelitian yang salah akan dievaluasi, namun tak mengubah proses dan penelitian. Di mana penelitian masih difokuskan di Gunung Kawi, tetapi menegaskan kalimat Keraton Gunung Kawi.
BACA JUGA:
"Penelitian tetap jalan, tapi misalnya ada data yang diambil tidak valid, tidak benar itu yang akan direvisi. Sebenarnya permintaan pemfokusan lokasi yang diteliti, pemfokusan lokasi yang diteliti yang akan diubah," tukasnya.
(Marieska Harya Virdhani)