Diagnosis melanoma dilakukan dengan pemeriksaan fisik untuk menganalisa apakah lesi tersebut melanoma atau tidak, pemeriksaan fisik melihat ciri dari tahi lalat atau luka kulit yang terindikasi melanoma dengan melihat ciri berupa asimetri, tepi yang tidak beraturan, warna yang bervariasi, diameter lebih dari 6 mm, dan berubah ukuran (berevolusi).
“Pemeriksaan fisik oleh dokter sangat bergantung pada kemampuan dan jam terbang dokter, sehingga dapat memunculkan salah diagnosis atau diagnosis yang tidak tepat,” katanya.
Lebih lanjut, mahasiswa kedokteran ini menuturkan pendeteksian melanoma maligna sebelumnya dilakukan dengan metode biopsi yang berpotensi menyebabkan infeksi dan perdarahan lokal.
“Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat mengurangi biopsi dan efek yang ditimbulkannya,” ujarnya.
Proses pembuatan alat ini mendapat pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa dengan skema Karsa Cipta (PKM – KC) tahun 2023. PKM KC ini merupakan salah satu program dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMDIKBUDRISTEK) untuk mewadahi kreativitas dari seluruh mahasiswa Indonesia.
(Marieska Harya Virdhani)