Golong gilig ini melambangkan bersatunya cipta, rasa dan karsa yang dilandasi kesucian hati (warna putih) melalui Margatama (jalan menuju keutamaan) ke arah selatan melalui Malioboro (memakai obor/pedoman ilmu yang diajarkan para wali). Jalan kemudian terus ke selatan melalui Margamulya (jalan menuju kemuliaan), kemudian melalui Pangurakan (mengusir nafsu yang negatif).
BACA JUGA:
Sepanjang perjalanan yang membentang dari Jalan Margatama hingga Jalan Margamulya ditanami pohon asam (asem) dan pohon gayam. Pohon asam melambangkan sengsem (ketertarikan) dan gayam melambangkan ayom (ketenangan). Filosofinya orang yang melewati jalanan sarat pesan kemuliaan tersebut akan merasa senang atau tertarik dan tenang atau nyaman.
Sumbu Filosofi Yogyakarta ini juga dipahami sebagai ‘sustainable development’ yang dipahami oleh PBB mulai tahun 90-an. Nyatanya Yogyakarta sudah memakai konsep ini sejak tahun 1700-an. Kemudian Sumbu Filosofi Yogyakarta ini juga diartikan sebagai keindahan dan kesejahteraan.
(Marieska Harya Virdhani)