Sementara model kedua adalah semi boarding yang ada di 15 tempat SMK di Kabupaten/Kota di Jateng yang masuk kategori miskin. Di tiap sekolah itu setiap tahun terima 30 anak per tahun.
“Kalau boarding ini sudah angkatan ke-10 atau tahun ke-10 sejak berdiri tahun 2014. Kalau semi boarding ini baru angkatan ke-2. Lulusan keseluruhan ada 1.837, di mana 75 persennya bekerja, 15 persen kuliah dan 15 persen wirausaha,” kata Heri.
BACA JUGA:
Kepala SMKN Jateng Hardo Sujatmiko menjelaskan sekolah model ini memang khusus untuk keluarga kurang mampu. Sehingga semuanya gratis, dari seragam, peralatan sekolah termasuk makan minum mereka hingga lulus.
“Ini dalam rangka memutus rantai kemiskinan melalui jalur pendidikan. Keterserapan di sini (lulusan) yang paling besar bekerja. Hampir 75 sampai 80 persen bekerja di perusahaan-perusahaan skala nasional,” kata Hardo.
(Marieska Harya Virdhani)