JAKARTA - Pada 20 April 2023 nanti Indonesia akan dilalui fenomena alam langka, gerhana matahari hibrida. Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Premana W. Premadi mengungkap masyarakat bisa menikmati gerhana matahari hibrida di Biak, Papua.
"Gerhana matahari di Biak, Papua, berlangsung selama 3 jam 5 menit. Dengan durasi gerhana matahari total hanya 58 detik," ujar Premadi dalam konferensi pers di Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ), Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (6/4/2023).
BACA JUGA:
Perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, itu mengungkap fenomena gerhana matahari hibrida 20 April nanti gabungan antara gerhana matahari sebagian dan gerhana matahari total.
"Peristiwa yang jarang dan tentunya Indonesia beruntung sekali bisa mendapatkan gerhana matahari total lagi. Catatan kecil gerhana matahari total yang akan melewati langit Indonesia baru tahun 2042," ujar Premadi.
Premadi mengatakan gerhana matahari total menarik dalam banyak aspek. Ia menilai, fenomena gerhana matahari total itu unik dan juga indah.
"Juga sudah dikenali masyarakat dunia dalam peradaban puluhan ribu tahun. Banyak catatan tentang itu. Dan kitapun secara astronomi dapat menghitung ke depan maupun ke belakang kapan saja pernah terjadi dan kapan akan terjadi," ujarnya,
BACA JUGA:
"Jadi merupakan kesempatan untuk belajar sains, belajar matematika yang sangat-sangat unik," imbuhnya.
Lintasan gerhana hibrida 20 April 2023
Gerhana matahari total bisa juga bisa dilihat di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, tepatnya di Soetoeri, Ritoware – Aramasa.
Lalu, Kabupaten Teluk Wondama di Papua Barat yang berada di Idore – Wendehsi – Bur - Pulau Mois Waar – Pulau Rouw – Pulau Iwer - Pulau Rumarakom – Pulau Maransabadi - Pulau Mapimonu – Pulau Yensguandi.
Kemudian, Kepulauan Yapen di Papua tepatnya di Pulau Num – Pulau Japen (Wooi, Gesauer, Saribi).
BACA JUGA:
Selain itu, gerhana matahari total juga bisa disaksikan di Kabupaten Biak Numfor di Papua, yakni Pulau Biak (Marjen, Waroi, Parieri, Oerfoe, Jendidori, Mokmer, Mandon, Saba, Arires, Akraak, Saoeaba, Menoerwar, Pulau Owi).
"Selepas pulau besar akan lewat pulau kecil, selebihnya akan lewat laut lalu akan melewati leher Papua sampai melewati pulau Biak. Setelah itu ke pasifik," ujarnya.
"Kesempatan ini akan kami upayakan sebagai kesempatan belajar dan juga menghidupkan lagi nilai-nilai budaya tatap langit. Nilai-nilai tradisional terhadap langit terutama untuk Indonesia yang merupakan negara maritim," imbuh Premadi.
( Muhammad Fadli Rizal)