JAKARTA - Berbicara mengenai Korea Selatan tak ada habisnya. Mulai dari makanan, film hingga grup musik. Semua hal itu terbungkus rapi dalam Korean Wave alias budaya populer asal Korea Selatan.
Gelombang kepopuleran Korea Selatan pernah membawa seorang Fuadh Naim menjadi seorang Fanboy. Hiruk pikuk dan segala hal tentang Korsel pernah mempengaruhi hidup Fuad. Namun, itu semua dulu, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk hijrah.
Fuadh Naim menuliskan kisah hijrahnya dalam buku yang berjudul Pernah Tenggelam. Buku yang didedikasikan untuk seluruh K-popers dan K-Dreamers ini sukses menyedot perhatian sehingga sukses menyandang predikat Best Seller.
Kata Hallyu atau yang lebih dikenal sebagai Korean Wave pasti sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat.
Kurang dari satu dekade, gelombang ini mampu menyapu Asia dengan drama Winter Sonata dan Dae Jang Geum. Tak hanya Asia, rupanya gelombang tersebut telah mendunia apalagi sejak Gangnam Style milik PSY menjadi trend pada tahun 2012.
Didukung oleh kecanggihan teknologi, budaya Korea dapat masuk ke Indonesia dengan mudah. Pasalnya, Hallyu tidak sekedar K-drama atau K-pop saja tapi meliputi segala hal dari mulai bahasa, makanan, style, dan masih banyak lagi.
Follow Berita Okezone di Google News
Karena dirancang dengan serius, program Hallyu ini tentu sangat menarik perhatian masyarakat Indonesia, terutama kalangan remaja.
Banyak sekali produk Korea Selatan yang beredar di Indonesia mulai dari skincare, masakan, lagu apa lagi dramanya. Tak sedikit remaja yang membeli produk kecantikan dari Korea apalagi jika diiming-imingi tanda tangan sang idola. Dalam hal makanan, mungkin kalian sudah tak asing lagi dengan ramyeon dan mukbang.
Kalau dramanya, tak usah ditanya lagi karena televisi lokal kita sudah biasa menayangkan drama korea dan mengundang artis korea untuk beberapa acara.
Dalam buku ini, sang penulis menceritakan perjalanannya menjadi seorang eks-fanboy yang dimulai ketika ia mengkaji tentang Islam. Ia kemudian menyadari bahwa hal yang amat ia cintai ternyata bertolak belakang dengan aturan agamanya.
K-drama yang ia tonton berisi tentang pergaulan bebas, minum minuman keras bahkan berisikan kampanye LGBT sedangkan lagu-lagunya berisi lirik erotis. Sebagai contoh, pembaca akan menemukan lirik lagu Touch My Body milik Sistar pada halaman 74.
Dalam islam sendiri, hal tersebut merupakan larangan bagi semua pemeluknya. Seperti yang tercantum dalam Al Quran QS Al Isra ayat 32 tentang larangan mendekati zina.
Namun, apakah wajar, seorang muslim menyukai serba serbi Korea Selatan yang mayoritas masyarakatnya sendiri tidak beragama? Setidaknya itulah yang dipikirkan sang penulis saat berada di persimpangan.
Beberapa permasalahan yang ia rasakan diilustrasikan secara umum sehingga buku ini dapat dipahami bukan hanya oleh penggemar Korean wave saja tetapi oleh penggemar lainnya misalnya penggemar klub sepakbola.
Seperti yang dikatakan penulis, dengan membaca buku ini tidak ada jaminan para pembaca hijrah mengikuti jejaknya. Karena petunjuk yang paling sempurna itu adalah Al Quran.
Maka, Fuadh Naim menyertakan dalil-dalil baik itu dari Al Quran maupun Hadist. Ia juga menambahkan beberapa referensi buku yang akan menunjang proses hijrah seseorang. Di akhir buku ini, terdapat satu pesan dari penulis “yuk hijrah, yuk ngaji”.
Zahra Nayla Febriani adalah Mahasiswa UIN Bandung. Penulis juga aktif dalam Presma Suaka UIN Bandung.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.