Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Banyak yang Tahu, Tokoh Kunci Kekuasaan di Madura Adalah Perempuan

Solichan Arif , Jurnalis-Rabu, 15 Maret 2023 |14:14 WIB
Tak Banyak yang Tahu, Tokoh Kunci Kekuasaan di Madura Adalah Perempuan
Ilustrasi peperangan Kerajaan Mataram/Okezone
A
A
A

Keempat putri Yudanagara telah menikah, dan sesuai adat, putri sulung, yakni Raden Ayu Artak yang memiliki kewenangan menentukan suksesi kekuasaan yang diwariskan ayahnya.

Raden Ayu Artak kemudian meletakkan Pangeran Panji Pulangjiwa, suaminya ke atas takhta Kadipaten Sumenep. Pulangjiwa lahir dari golongan bangsawan rendahan.

Pulangjiwa menegaskan sebagai penguasa Madura Timur sekaligus menolak berbagi kekuasaan dengan saudara-saudara iparnya. Untuk melegitimasi kekuasaannya ia mencari restu kepada VOC Belanda dan penguasa Mataram di Kartasura, Jawa Tengah.

Semasa pemerintahannya, Pulangjiwa yang meninggal dunia tahun 1702, sempat berselisih dengan Cakraningrat II, penguasa wilayah Madura Barat. Cakraningrat berambisi mencaplok kembali wilayah Sumenep.

Sepeninggal Pulangjiwa, takhta Kadipaten Sumenep kembali mengalami kesulitan suksesi. Pulangjiwa tidak memiliki anak laki-laki. Kendati demikian, putrinya yang bernama Raden Ayu Gambrek atau Raden Ayu Cakranagara memiliki kemampuan dan sekaligus berwatak tangguh.

Raden Ayu Cakranagara yang saat itu belum menikah kemudian mencari suami. Yang ia pilih adalah jajaran bangsawan rendahan yang masih kerabat. Dipilihlah Pangeran Rama yang masih terhitung sepupu.

Oleh Raden Ayu Cakranagara, suaminya dinobatkan sebagai Adipati Sumenep dengan gelar Cakranagara I. Pada tahun 1705, suaminya yang notabene Adipati Sumenep diceraikan.

Perceraian itu sekaligus diikuti dengan pelepasan takhta, karena tidak berselang lama Cakranagara I meninggal dunia. Ada dugaan kuat Cakranagara I sengaja dihabisi.

Sementara dari pernikahan mendiang Cakranagara I dengan Raden Ayu Cakranagara dikaruniai seorang putra laki-laki yang diberi nama Pangeran Jimat.

Pada saat Pangeran Jimat masih kecil, Raden Ayu Cakranagara menikah lagi dengan Raden Suderma yang juga masih terhitung sepupu. Raden Suderma dianugerahi kedudukan sebagai Adipati Sumenep.

Sebagai penguasa, Suderma salah sangka. Ia pikir bisa menjalankan kekuasaan sekehendak hatinya, dan itu tidak disukai oleh istrinya, yakni Raden Ayu Cakranagara. Pada tahun 1707 Pangeran Suderma dihabisi. Ia diduga telah diracun.

Raden Ayu Cakranagara memerintah Kadipaten Sumenep dengan membiarkan takhta tetap kosong. Ia menjadi wali putranya (Pangeran Jimat) yang masih kecil. Raden Ayu Cakranagara meninggal dunia pada tahun 1711.

Sepeninggal ibunya, Pangeran Jimat menunggu sampai umur 20 tahun, yakni tahun 1721 baru menyandang gelar resmi Cakranagara II. Sampai mangkat pada tahun 1737, Pangeran Jimat tidak pernah menikah dan tidak dikaruniai keturunan.

Penerus takhta Kadipaten Sumenep, yakni Cakranagara III merupakan putra saudara perempuan Pangeran Jimat. Pada saat terguling pada 1751, Cakranagara III juga diketahui tidak memiliki keturunan laki-laki.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement