Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Fenomena Jaksel, Sisi Positif dan Negatifnya

Alif Naufal , Jurnalis-Jum'at, 03 Maret 2023 |15:09 WIB
Fenomena Jaksel, Sisi Positif dan Negatifnya
Fenomena pergaulan Jaksel. (Instagram)
A
A
A

JAKARTA - Banyak kalangan anak muda mengikuti fenomena pergaulan di Jakarta Selatan (Jaksel), seperti menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Inggris, nongkrong di kafe, atau bepergian ke tempat hiburan. Fenomena Jaksel ini dianggap sebagai fenomena sosial.

Fenomena di Jaksel ini dinilai terjadi akibat adanya akulturasi budaya. Selain itu, secara geografis Jaksel dianggap memiliki keeksklusivitasan dibandingkan daerah lain.

Hal ini sebagaimana pernyataan Dosen Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina, Iqbal Ramadhan, M IP.

“Fenomena Jaksel merupakan fenomena sosial yang terjadi karena faktor budaya akibat adanya akulturasi budaya dikarenakan secara historis dan geografis Jakarta Selatan memiliki ke eksklusivitasan dibandingkan daerah lain,” ujarnya.

Selain itu, Iqbal menyoroti budaya Jaksel yang terkenal konsumtif. Ia menilai hal ini bisa dilihat dari 2 sisi.

"Pertama adalah kekonsumtivitasan tersebut faktanya dapat mendorong roda perekonomian lokal sehingga dapat mengembangkan bisnis di daerah tersebut," ucapnya.

Di sisi lain, menurutnya konsumtivitas tersebut bukanlah hal baik.

"Namun, jika dikaji dari sisi lainnya konsumtivitas tersebut bukanlah budaya yang baik jika terus-terusan dibiasakan. Apalagi untuk seorang mahasiswa yang harus belajar managing uang," ujar Iqbal yang juga pengamat akan fenomena Jaksel.

Meski begitu, menurutnya, sah-sah saja sekali-kali menjadi konsumtif asalkan bisa menata keuangan dengan baik.

Sementara itu, fenomena Jaksel ini tak hanya dirasakan kalangan yang bekerja di SCBD dan sekitarnya. Mahasiswa yang kuliah di Jaksel pun demikian.

Sebagian dari mereka cenderung mengikuti fenomena Jaksel yang sebenarnya punya dampak positif dan negatif.

“Pada dasarnya memang tidak dapat dipungkiri untuk mahasiswa yang di Jaksel berbaur terhadap fenomena Jaksel ini. Menjadi personality yang adapatif memang perlu agar tidak kehilangan identitas kita di samping akulturasi dalam fenomena ini," tutur Iqbal.

Jika mengambil positifnya, anak-anak muda di Jaksel sangat terbuka (open minded) dengan perkembangan, dari segi budaya, bahasa, dan seni. Keterbukaan ini membuat mereka sangat up to date dengan tren kekinian.

Namun jika berbicara mengenai negatifnya, anak Jaksel terkenal dengan perilaku konsumtifnya.

“Untuk menyikapi konsumtivitas ini kita perlu memahami yang mana kebutuhan hidup dan yang mana gaya hidup,” ujar Iqbal yang juga pengamat akan fenomena Jaksel.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement