Selain itu, dia juga menjadi pemimpin dari Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) untuk melawan pasukan Belanda dan Inggris.
2. K.H. Hasyim Asy'ari
Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy'ari. Dia merupakan seorang ulama dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir pada 14 Februari 1871 di Jombang, Jawa Timur.
Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, K.H. Hasyim Asy'ari mengeluarkan lima fatwa Resolusi Jihad.
Dari fatwanya ini berhasil menggerakkan warga dan santri untuk menyerang sekutu.
Saat itu, K.H. Hasyim Asy'ari mendeklarasikan perang kemerdekaan sebagai perang suci atau jihad bagi umat Islam.
Berkat hal ini, rakyat Surabaya bersiap melawan sekutu dengan memegang senjata api mereka.
3. H.R. Muhammad Mangundiprojo
Nama aslinya adalah Raden Moehammad Mangoendiprodjo. Dia merupakan seorang Mayor Jenderal TNI yang lahir pada 5 Januari 1905 di Sragen, Jawa Tengah.
Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Mangundiprojo bertugas sebagai pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Divisi Jawa Timur. Dia melakukan kontak biro dengan pasukan sekutu.
Pada 29 Oktober 1945, Mangundiprojo berpatroli bersama Brigadir Mallaby di kota Surabaya.
Namun, mereka berhenti di Jembatan Merah yang berada di depan Gedung Internatio yang ramai dikepung oleh para pemuda Indonesia.
Lantas Muhammad masuk ke dalam sana menemui tentara Inggris dan kesatuan Gurkha untuk bernegosiasi.
Namun, dia malah disandera. Sementara, di luar sana Mallaby tewas di mobilnya.
4. Gubernur Suryo
Nama aslinya adalah Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo. Dia merupakan gubernur pertama Jawa Timur yang menjabat dari tahun 1945-1948.
Gubernur Suryo lahir pada 9 Juli 1898 di Magetan, Jawa Timur.
Dalam perannya di Pertempuran Surabaya, Gubernur Suryo membuat perjanjian gencatan senjata dengan Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby pada 26 Oktober 1945.
Ketika ultimatum dari Inggris dikeluarkan, Gubernur Suryo menolak dengan berpidato kepada arek-arek Surabaya untuk melawan sekutu sampai darah penghabisan.