JAKARTA - Pahlawan nasional merupakan sosok yang berjasa bagi negara Indonesia. Berkat perjuangannya dalam memperjuangkan kemerdekaannya, mereka menjadi sebuah tonggak keberhasilan.
Dilansir dari situs resmi Opop Provinsi Jawa Timur, terdapat pula pahlawan yang berlatar belakang pendidikan di pesantren. Mereka mendapat banyak ilmu di pesantren yang berguna untuk mereka mengambil sikap ketika dihadapi perlakuan para penjajah Indonesia.
Berikut 7 pahlawan nasional yang pernah menimba ilmu di pesantren sehingga menjadi seorang santri.
1. K.H. Hasyim Asy'ari
Pahlawan nasional asal Demak, Jawa Tengah ini merupakan seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, dia juga mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang sampai mendapat julukan Hadratus Syeikh.
Sejak kecil dia hidup di lingkungan pesantren milik ayahnya.
Dalam perjuangannya bagi bangsa Indonesia, K.H. Hasyim Asy'ari pernah mengeluarkan fatwa jihad melawan penjajah dan fatwa haram pergi haji apabila naik kapal milik Belanda.
2. Pangeran DIponegoro
Pangeran Diponegoro asal Yogyakarta itu semasa kecilnya dididik oleh ulama perempuan. Salah satunya adalah Ratu Ageng yang juga merupakan buyutnya.
Dari hal itu, Pangeran Diponegoro telah mempelajari Islam sejak dini sampai menjadi seorang santri.
3. K.H. Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh yang mendirikan organisasi Muhammadiyah.
Semenjak kecil, dia dididik di lingkungan pesantren. Lingkungan tersebut menjadi tempat dirinya menimba pengetahuan agama dan bahasa Arab.
Pada saat berumur 15 tahun, Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Mekah selama lima tahun.
4. K.H. Zainal Arifin
K.H. Zainul Arifin adalah seorang tokoh NU asal Sumatera Utara. Dirinya aktif di NU sejak usia belia.
Dia pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren Karay Sumenep dan Syaikhana K.H. Muhammad Kholil Bangkalan.
Jasanya dalam perjuangan Indonesia ada pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.
Kemudian, dia menjadi panglimanya. Selain itu, dia pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua DPR-GR dan berjasa dalam menjadi anggota badan pekerja Komite Nasional Pusat.
5. K.H. Wahid Hasyim
K.H. Wahid Hasyim merupakan seorang putra dari K.H. Hasyim Asy’ari dan juga ayah dari presiden keempat Republik Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur.
Dia sebelumnya pernah menuntut ilmu di pondok Pesantren Siwalan, Panji dan Lirboyo, Kediri.
Dalam perjuangannya untuk Indonesia, K.H. Wahid Hasyim adalah orang yang mencetuskan sila pertama, yaitu “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Salah satu Sejarawan NU, Abdul Mun’im DZ (2016) mengungkapkan, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam menjabarkan Pancasila, Kiai Wahid Hasyim berangkat dari tradisi dan keilmuan pesantren.
6. K.H. Zainal Mustafa
K.H. Zainal Mustofa merupakan tokoh NU asal Tasikmalaya yang menjadi salah satu perwakilan Rais Syuriyah. Ia adalah salah satu kiai yang terang-terangan menentang penjajah Belanda.
Selama hidupnya, K.H. Zainal Mustafa belajar ilmu agama di empat pondok pesantren, yaitu Gunung Pari, Cilenga Leuwisari, Sukaraja Garut, Sukamiskin Bandung, dan Jamanis Rajapolah.
7. K.H. Noer Ali
K.H. Noer Alie merupakan sosok pejuang sekaligus ulama karismatik asal Bekasi. Selain itu, dia juga memiliki pesantren At-Taqwa yang berpusat di Kampung Ujung Harapan (dulu bernama Ujung malang).
Dulu, K.H Noer Ali sempat mempelajari ilmu kepada Guru Maksum di Kampung Bulak, Guru Mughni, dan Guru KH Marzuki di suatu pesantren.
(Natalia Bulan)