Sebelum masuk pada fase kritis, Penatalaksanaan infeksi dengue di awal dapat menurunkan angka kematian.
Oleh karena itu, diperlukan alat diagnostik yang dapat mendeteksi infeksi dengue di awal infeksi dengan waktu yang singkat, tanpa memerlukan fasilitas laboratorium berteknologi canggih dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Ketua tim peneliti, Dra. Beti Ernawati Dewi, Ph.D., menyampaikan enam keunggulan KODC Dengue.
Pertama, alat deteksi ini bekerja dengan cepat. Dalam prosesnya memerlukan waktu 15 menit untuk menentukan ada tidaknya infeksi dengue.
Kedua, sensitif karena berbasis strain DENV (Virus Dengue) yang beredar di Indonesia. Ketiga, spesifik karena dikembangkan berdasarkan epitop DENV yang tidak cross reaksi dengan virus lain.
“Keempat, relatif murah karena produksi dalam negeri dan juga dapat mendeteksi infeksi DENV dengan berbagai macam tipe spesimen yaitu plasma, serum, dan whole blood. Kelima, dapat disimpan di suhu kamar sehingga tidak memerlukan cool chain dalam pengiriman dan penyimpanan. Keenam, dapat mendeteksi NS-1 dari sampel darah utuh,” ujar Dra. Beti.
Tim peneliti yang terlibat dalam pengembangan KODC Dengue adalah dr. Mirawati Sudiro, Ph.D; Fithriyah, M.Biomed, Ph.D.; Evy Suryani dan Hidayati Desti dari Departemen Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM/Infectious Disease and Immunology Cluster IMERI FKUI, Andriansjah, S.Si, M.Biomed, Ph.D., dari Departemen Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM, dan Dr. dr. Leonard Nainggolan, Sp.PDKPTI., dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM/ Infectious Disease and Immunology Cluster IMERI FKUI.
"Saya ucapkan selamat kepada Dra. Beti Ernawati Dewi dan tim atas inovasinya yang luar biasa.Penemuan ini berhasil melengkapi rangkaian inovasi dan terobosan peneliti Indonesia, khususnya para peneliti FKUI, di bidang deteksi dini demam berdarah sebelumnya," ungkap Dekan FKUI Profesor Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB., dalam sambutannya.
"Indonesia sebagai negara endemis demam berdarah dengue (DBD) tentu saja sangat terbantu dengan adanya inovasi ini. Diagnosis DBD diharapkan berjalan lebih cepat dan akurat sehingga penanganan optimal dapat segera diberikan. Saya berharap, pencapaian ini mampu menarik antusiasme peneliti sekaligus industri dalam negeri untuk terus berkolaborasi dan berinovasi dalam mengembangkan kemandirian bangsa di bidang penyediaan alat kesehatan.” tambahnya.