Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tim LPPM ITB Ciptakan Lemari Pengering Sayuran untuk Bantu Petani di Lembang

Adi Haryanto , Jurnalis-Kamis, 08 September 2022 |12:00 WIB
Tim LPPM ITB Ciptakan Lemari Pengering Sayuran untuk Bantu Petani di Lembang
Tim LPPM ITB ciptakan lemari pengering sayuran/Adi Haryanto
A
A
A

BANDUNG BARAT - Tim dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) memasang fasilitas mesin pengering untuk petani sayuran dan buah-buahan di Kampung Binong RT 01/11, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Mesin pengering sayuran dan buah-buahan itu hasil inovasi dari dosen dan mahasiswa ITB yang berkolaborasi dengan PT Aimtopindo Nuansa Kimia.

Fungsinya untuk membuat hasil panen sayuran maupun buah-buahan dari petani tidak cepat membusuk, tahan lama, dan menjadi produk yang punya nilai tambah.

"Adanya mesin pengering ini maka petani di Desa Suntenjaya dapat menghasilkan produk yang lebih awet, tidak cepat busuk, dan hasil pertanian atau perkebunan mereka tidak tergantung pada cuaca," kata Ketua Tim LPPM ITB Antonius Indarto, Rabu (7/9/2022).

Menurutnya dengan kehadiran inovasi mesin pengering maka diharapkan bisa memajukan kesejahteraan petani sayur, buah, dan tanaman herbal di Kecamatan Lembang.

Khususnya bagi petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Sayur, Buah, dan Tanaman Herbal Merdeka.

Agar sayuran dan buah yang dihasilkan saat panen raya, sebagian dapat dikeringkan dan menjadi produk yang bernilai tambah.

Produk-produk kering tersebut memiliki waktu simpan yang lebih panjang sehingga mencegah pembusukan.

Sehingga ketika panen raya di mana harga komoditas pertanian dan perkebunan anjlok atau sulit terjual.

Melalui proses pengeringan maka nilai ekonomi produk akan meningkat sehingga para petani dapat memperoleh penghasilan tambahan.

"Nantinya produk buah-buauan, sayuran, dan umbi-umbian bisa dikeringkan agar tahan lama tapi tidak mengurangi dari kandungan nutrisi vitaminnya. Malah menjadi produl yang punya nilai jual lebih tinggi," kata pria yang juga Ketua Program Studi Sarjana Teknik Bioenergi dan Kemurgi ITB ini.

Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan ITB, Prof Lienda A. Handojo menambahkan, mesin pengering ini diciptakan dengan pendekatan multidisiplin ilmu dan memperhitungkan berbagai aspek.

"Suhu mesin pengeringan diatur tidak terlalu tinggi agar kualitas pangan tetap terjaga namun efisiensi energi juga terjaga agar biaya pengeringan tidak terlalu tinggi,” imbuhnya.

Di tempat yang sama Ketua Asosiasi Petani Sayur, Buah, dan Tanaman Herbal Merdeka, Nandang Kosim mengaku, sangat terbantu dengan adanya lemari pengering buah, sayur dan umbi ini.

Pasalnya jika sebelumnya saat panen raya harga sayuran maupun buah-buahan anjlok dan banyak yang terbuang karena tak laku.

Namun setelah ada lemari pengering jadi bisa lebih awet dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

"Misalnya jeruk lemon setelah dikeringkan nilai jualnya jadi lebih tinggi dan awet berbulan-bulan. Jika biasanya dijual Rp3.000/kg setelah dikeringkan untuk jeruk lemon kering biasa dihargai Rp40.000/200 gram, kalau jeruk lemon kering super Rp90.000/200 gram," sebutnya.

(Natalia Bulan)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement