Tantangan selama latihan selain fisik juga manajemen waktu sebagai atlet sekaligus sebagai mahasiswa.
“Dosen-dosen di kampus selalu mendukung dan mensupport kami sebagai atlet. Saya selalu berkomunikasi dengan dosen pengampu mata kuliah jika ada kendala dalam perkuliahan. Biasanya saya juga sering cicil tugas di waktu luang dan setelah itu bisa fokus latihan untuk persiapan pertandingan,” ceritanya.
Pada kesempatan itu, Tony menyampaikan terima kasih kepada Unesa yang memberikan ruang untuk terus mengembangkan diri dan meraih prestasi.
“Terima kasih yang tak terhingga untuk Unesa dan orang-orangnya yang hebat,” ujarnya.
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Olahraga (FIO), Unesa, Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes. menyampaikan rasa haru sekaligus bangga atas pencapaian mahasiswanya itu.
Menurutnya, capaian Indonesia dan mahasiswanya itu menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah hambatan dalam meraih prestasi.
“Dari Mas Tony dan atlet disabilitas lainnya kita belajar agar tidak gampang putus asa. Jika kita gagal di satu pintu, masih banyak pintu-pintu lain yang terbuka asal kita mau berusaha. Jadikan Tony Richardo ini sebagai contoh, ia gagal bergabung di PON tapi akhirnya ia mampu memperoleh 2 medali emas di ASEAN Para Games 2022,” bebernya.