SOLO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan hepatitis akut misterius menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022.
(Baca juga: Hepatitis Misterius Intai Anak-Anak, Ini 6 Fakta yang Perlu Dicermati)
WHO menemukan 170 kasus hepatitis akut misterius di 12 negara yang ada di Eropa, Amerika, dan Asia. Hepatitis akut tersebut menyerang anak-anak di bawah 16 tahun.
Penyakit ini juga mulai masuk ke Indonesia sehingga meresahkan warga. Hingga saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan ada 15 kasus hepatitis akut dengan total penderita yang meninggal dunia sebanyak lima orang. Hal ini tentu saja membuat para orang tua menjadi was-was.
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dhani Redhono Harioputro, mengimbau para orang tua untuk mengecek gejala penyakit ini pada anak-anak mereka. Dr. dr. Dhani menjelaskan bahwa penyakit ini memiliki ciri-ciri yang cukup mencolok.
Ciri-ciri yang cukup mencolok yakni ada warna kuning pada bagian mata. Itu merupakan akibat dari bilirubin yang tinggi. Jika kadar bilirubinnya semakin tinggi, kulit anak juga akan menjadi kuning.
“Mata yang seharusnya putih jadi kuning. Kemudian bisa terlihat di telapak tangan dan kaki. Air seninya juga berwarna seperti teh. Kadang-kadang disertai feses yang berwarna pucat,” ujar Dhani dalam keterangannya, Kamis (12/5/2022).
Selain ciri-ciri tersebut, dia juga mengungkapkan bahwa penderita biasanya akan mengalami demam, mual atau muntah, badan terasa sakit, hingga diare. Jika anak memiliki tanda-tanda tersebut, Dhani menyarankan para orang tua agak segera membawa anak mereka ke dokter.
Penularan Hepatitis Misterius
Penularan penyakit ini tidak ditularkan antarmanusia. Namun, penularannya melalui media-media tertentu. Pada kasus hepatitis akut ini, WHO menduga media yang sering menjadi penularannya adalah makanan dan minuman.
Hal ini mirip dengan hepatitis A dan E yang penularannya melalui media makanan. Namun, berbeda dengan hepatitis B,C, dan D yang penularannya melalui cairan tubuh.
“Tidak menular antarmanusia, tapi dapat ditularkan melalui beberapa media. Maksudnya kalau memang dugaan terakhir WHO ada dugaan infeksi dari arbovirus, penderita bisa terkontaminasi dari makanan. Jadi makanan atau minuman bisa menularkan virus ini,” jelas Dhani.