Dari mendegar itulah, Maimunah memahami ayat demi ayat hingga kemudian dapat menghafal Al Quran.
Maimunah bercita cita ingin menjadi hafidzah seperti yang ada di sebuah tayangan televisi swasta dan membanggakan keluarga.
Namun ketiadaan ekonomi membuat dirinya hanya berangan angan belaka meski dirinya memiliki kemampuan.
Adapun sang ibu, Marliyem mengatakan anaknya memang sejak lahir sudah tunanetra, namun memiliki semangat tinggi untuk dapat menghafal Al Quran. Dia tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah namun hanya belajar di musala dengan seorang guru ngaji karena kesusahan ekonomi.
Marliyem hanya bekerja sebagai buruh serabutan dan harus memenuhi kebutuhan tiga anaknya. Maimunah adalah adalah anak bungsunya.
Sementara itu, Eritha, pegiat sosial keagamaan, mengapresiasi semangat Maimunah dan berharap pihak terkait seperti kemenag atau Pemkab Jember melirik keberadaan Maimunah dan membantu memberikan buku brailer Al Quran atau diberikan pembelajaran khusus bagi tunanetra. Bahkan jika perlu diikut sertakan dalam ajang lomba hafidzah baik regional maupun nasional.
(Susi Susanti)