Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kuatkan Moderasi Beragama, UMI dan Institut Leimena Gelar Webinar Internasional

Tim Okezone , Jurnalis-Jum'at, 29 Oktober 2021 |14:43 WIB
Kuatkan Moderasi Beragama, UMI dan Institut Leimena Gelar Webinar Internasional
Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho.
A
A
A

JAKARTA – Tantangan moderasi beragama yang semakin berat dengan munculnya paham intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme di tengah masyarakat membutuhkan upaya bersama untuk memperkuat pemahaman agama yang moderat termasuk lewat pendidikan di kampus.

Hal tersebut menjadi intisari dari Webinar Internasional Memperingati Hari Sumpah Pemuda hasil kerja sama Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Institut Leimena dengan tema “Moderasi Beragama dan Toleransi Keberagaman Melalui Pesantren Mahasiswa: Membangun Kebangsaan dan Kemanusiaan Melalui Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB)” yang diadakan Kamis (28/10/2021).

BACA JUGA: Ustadz Pesantren Diajak Gaungkan Moderasi Beragama di Ruang Lebih Luas

Dalam webinar yang diikuti lebih dari 1.200 peserta dari 330 kota dan 11 negara juga disaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman Kerjasama (Memorandum of Understanding) antara Perkumpulan Institut Leimena dan UMI tentang Pengembangan Pemahaman dan Penerapan LKLB.

Rektor UMI Prof. Dr. H. Basri Modding, S.E., M.Si. mengatakan moderasi beragama dan toleransi keberagaman sangat penting untuk membangun kebangsaan dan kemanusiaan. Sumpah Pemuda menjadi dasar bersama bagaimana moderasi beragama diterapkan oleh bangsa Indonesia.

“Moderasi beragama adalah cara pandang, memahami dan mengamalkan ajaran agama agar melaksanakannya selalu dalam jalur moderat, seimbang. Moderat artinya tidak berlebihan, tidak ekstrem,” kata Prof Basri dalam sambutannya.

BACA JUGA: Mahfud MD Sebut Pemerintah Gencarkan Sosialisasi Moderasi Beragama

Prof Basri menjelaskan moderasi beragama bertujuan mewujudkan ketertiban dalam masyarakat, melindungi hak-hak pemeluk agama, serta mewujudkan ketentraman dan kedamaian untuk kesejahteraan umat beragama.

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan nama Institut Leimena dipakai untuk mengenang pahlawan nasional Dr. Johannes Leimena, yang hampir 100 tahun lalu pada usia 23 tahun menjadi anggota panitia kongres pemuda yang melahirkan keputusan pada tanggal 28 Oktober 1928 selanjutnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement