JAKARTA- Berita hoaks dan Infodemi merupakan dua penyakit berbahaya yang membanjiri ruang media digital selama masa pandemi Covid-19.
Dosen Antropologi Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya mengatakan, terkait Informasi mengenai virus dan kesehatan yang menyebabkan terjadinya infodemi, yakni bersebarnya informasi-informasi tidak menyehatkan dan menjadi penyakit yang menyebar secara global.
(Baca juga: Menkominfo Sebut Jurnalis Berperan Penting Lawan Hoaks)
"Di dunia sekarang ada banyak teks masuk grup WhatsApp. Yang sebagian besar adalah junk news atau sampah-sampah berita atau fake news. Bahkan kelompok terdidik pun sudah tidak bisa mengenali mana yang disebut sebagai fakta, mana yang opini,"jelas Kemal demikian dikutip laman resmi MUI, Rabu,(06/10/2021).
Kemal melanjutkan, masifnya infodemi di tengah masyarakat berhubungan dengan lonjakan pengguna internet di Indonesia selama pandemi. Tahun ini terdapat sebanyak 202 juta pengguna dibanding tahun 2019 yang mencapai 196 juta pengguna.
(Baca juga: Sebar Hoaks Penculikan Anak, Pria Gondrong Terciduk Tim Virtual Police Polda Jateng)
Dari data itu, lanjutnya, sebanyak 75% penduduk Indonesia selama pandemi menghabiskan sebanyak delapan jam per hari untuk berinternet dan menjadi masalah karena tidak diimbangi dengan kematangan literasi digital.
“Problem penggunaan internet (yakni) situasi yang tidak seimbang atau ekuivalen. Preferensi perilaku pengguna internet sebagian besar tidak menumbuhkan kematangan dalam literasi digital,"jelasnya.
“Yang mana dengan tingginya tingkat penggunaan internet penduduk Indonesia ditambah dengan para pengguna yang sering mengisi rubrik di berbagai media nasional. Sedikit demi sedikit dapat terpapar hoaks,”sambungnya.
Follow Berita Okezone di Google News