JAKARTA - Tim Bramunastya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengembangkan sebuah inovasi berupa 3D modeled game untuk meningkatkan kesadaran anak sekolah dasar (SD) akan pentingnya edukasi seksual.
Inovasi para mahasiswa ITS ini muncul dari sebuah permasalahan yakni adanya data UNICEF tahun 2016 menunjukkan, 8 dari 10 remaja berusia 18 tahun percaya bahwa anak muda rentan mengalami pelecehan seksual.
Adalah Aqilla Suci Fattimatuz Haya, Muhammad Adrian Fadhilah, Rendy Ichsan Hanif, Rizki Amrizal, dan Hammam Dyahurrahman Yusdin, yang membidani lahirnya Sex Education Game (XEGA), julukan permainan inovatif ini.
Baca Juga:Â Setelah Guru Divaksin, Mendikbud Minta Sekolah Siapkan Pembelajaran Tatap Muka
Kelima mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS ini mengembangkan permainan mereka dengan memanfaatkan Microsoft Kodu Game Lab sebagai basis pengembangannya.
Seperti dikutip dari laman ITS, Minggu (21/3/2021), salah satu anggota tim, Aqilla Suci Fattimatuz Haya menjelaskan, alasan mereka memilih mengembangkan permainan dengan model tiga dimensi (3D) adalah karena selama ini media yang menyediakan layanan serupa, umumnya dari segi grafis masih menggunakan model dua dimensi dan sangat text oriented. “Dari survey yang kita lakukan, 68 persen dari seluruh responden percaya bahwa game lebih dipilih oleh anak-anak daripada video atau teks,” jelas Aqilla.
Baca Juga:Â SBMPTN Pilih Jurusan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Kuliahnya Seperti Apa?
Menariknya, permainan ini gratis dan bisa diakses oleh siapa saja. Untuk memainkannya, hanya diperlukan laptop atau komputer serta Microsoft Kodu Game Lab yang ter-install di dalamnya. “Di XEGA nanti, cerita dimulai di sebuah kota bernama Majapahit,” tambahnya. Di awal permainan, pemain akan mendapatkan nama karakter mereka, Kartono atau Kartini, sesuai dengan jenis kelamin mereka.
Agar bisa memenangkan permainan, terang Aqilla, pemain harus menyelesaikan tiga misi utama yang tesedia. Setiap misi disesuaikan dengan jenjang kesulitan mulai dari yang termudah. “Di misi pertama, pemain akan diminta untuk mengenali diri mereka dan diuji apakah mereka bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini.