SURABAYA – Mendirikan rintasan start up banyak dilakukan mahasiwa. Namun ada beberapa hal yang luput diperhatikan.
Ketua Bidang Inkubator Bisnis dan Teknologi di Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inovasi (BPBRIN) Universitas Airlangga (Unair) Dr. Achsania Hendratmi pun memberikan sejumlah saran.
Dia mengatakan, ketika membangun start up tidak hanya bermodalkan ide bisnis yang telah tervalidasi saja. Ada juga upaya memecahkan permasalahan masyarakat, atau niat dan mental tahan banting yang kuat. Selain itu, masih terdapat banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh seseorang yang ingin mendirikan start up.
Baca Juga:Â Tiga Mahasiswi IPB University Gagas Resilient Ecotone untuk Keberlanjutan Hutan
Para pendiri start up perlu mempersiapkan berbagai hal. Salah satunya adalah anggota tim yang baik, model bisnis, proyeksi finansial, intellectual property, hingga link kepada mentor, inkubator, dan akselerasor bisnis.
Memilih tim menjadi hal krusial dalam membangun start up. Anggota tim yang baik adalah anggota dengan kompetensi yang sesuai dengan fungsi dan bidang kerjanya, memiliki visi yang sama, dapat membangun komunikasi dan koordinasi yang baik, dan memastikan bisnis rintisan atau start up dijalankan dengan kerja tim yang baik.
Baca Juga:Â LTMPT Perpanjang Waktu Finalisasi PDSS
“Hal yang umum terjadi dalam business matching dengan investor atau angel capital seringkali adalah komposisi tim menjadi perhatian penting,” kata Achsania, Selasa (9/2/2021).
Ia melanjutkan, model bisnis atau business model juga mnejadi faktor penting. Kegiatan ini berupa penyusunan suatu tahapan atau kerangka bagaimana suatu bisnis menciptakan revenue. Business model seringkali digunakan untuk penyederhanaan business plan.
Menurut Achsania, tren start up saat ini adalah menyusun business model dengan menggunakan metode BMC (Business Model Canvas). “Business model bukanlah suatu kerangka yang permanen. Pebisnis harus terus memperbaiki model bisnisnya seiring dengan perubahan-perubahan eksternal yang cepat,” ucapnya.