Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenali Empon-Empon hingga Propolis Hasil Peneliti Indonesia untuk Antisipasi Covid-19

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 14 Maret 2020 |08:52 WIB
Kenali Empon-Empon hingga Propolis Hasil Peneliti Indonesia untuk Antisipasi Covid-19
Ilustrasi Minuman Herbal (Foto: Lifeshealth)
A
A
A

Empon-empon

Guru besar Universitas Airlangga (UNAIR), Chairul Anwar Nidom, menawarkan pendekatan berbeda. Ia mengusulkan masyarakat agar mengonsumsi empon-empon untuk membantu melindungi diri dari Covid-19.

"Empon-empon" adalah istilah yang biasa dipakai para ibu rumah tangga di pedesaan untuk bumbu-bumbu yang biasanya terdiri dari jahe, temulawak, kunyit, lengkuas, kunir, sereh, dan sebagainya. Nidom dan para peneliti di Profesor Nidom Foundation pernah menguji empon-empon untuk mengatasi gejala yang diakibatkan virus flu burung.

Menurut Nidom, kebanyakan orang yang menderita flu burung meninggal dunia karena paru-parunya rusak berat atau pneumonia. Hal itu bukan semata disebabkan oleh virus sendiri, melainkan efek dari infeksi virus itu yang memperberat kondisi paru-paru.

Ia menjelaskan, ketika virus flu burung menginfeksi sel paru, ia menggertak respon imun yang disebut dengan sitokin. Sitokin di paru-paru tidak hanya melawan virus, tapi juga menyebabkan sel-sel paru itu menjadi rusak. Infeksi virus menyebabkan badai sitokin atau cytokine storm di dalam paru-paru.

"Itu yang menyebabkan seseorang yang terinfeksi flu burung itu menjadi fatal," ujarnya.

Menurut Nidom, empon-empon mengandung senyawa curcumin yang bisa mengendalikan produksi sitokin di dalam paru-paru.

Berdasarkan penelitian terhadap Covid-19, diketahui penyakit tersebut juga menyebabkan pneumonia, yang semakin parah terutama pada umur-umur atau usia yang tua.

"Saya melihat bahwa pada kasus pasien [Covid-19] yang pneumonia berat, respon imunnya hampir sama dengan respon imun yang digertak oleh virus flu burung," kata Nidom.

"Hipotesis saya, bahwa [respon imun] terhadap Covid itu jauh lebih ringan daripada terhadap flu burung. Nah karena itu empon-empon jauh lebih baik sekarang dipakai oleh masyarakat dalam menyiapkan diri berhadapan dengan virus Covid-19."

Nidom mengatakan, penelitian empon-empon untuk mengobati flu burung telah sampai ke uji praklinis pada tahun 2009. Namun penelitian itu tidak diteruskan, karena proyeknya berubah fokus pada pengembangan vaksin.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Agus Dwi Susanto, mengatakan pengalaman pada kasus flu burung belum tentu bisa diterapkan pada Covid-19. "Pada prinsipnya semua butuh uji klinis untuk membuktikannya," kata Agus.

Menurut Agus, sah-sah saja mengatakan bahwa obat herbal bisa meningkatkan imunitas karena telah ada cukup banyak riset yang mendukung itu. Tapi bukan berarti bisa melawan Covid-19.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto meminta para peneliti yang melakukan studi tentang virus tersebut untuk berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Ia mengatakan, lembaga riset di bawah Kementerian Kesehatan itu mengampu seluruh peneliti di Indonesia untuk melakukan penelitian bersama tentang virus Covid-19 termasuk yang terkait obat dan vaksinnya.

Achmad mengimbuhkan, penelitian mengenai virus Covid-19 dilakukan di Balitbangkes sejalan dengan pemeriksaan sampel dari pasien suspek.

"Jadi ini bukan pekerjaan yang sepotong-potong ya, ini pekerjaan yang multidimensional dan sifatnya global. Jadi jangan dianggap bahwa kita cuma periksa thok, nanti setelah meriksa baru meneliti virusnya. Ini bareng kok simultan."

Dikarenakan belum ada obat khusus untuk Covid-19, kata Achmad, para pasien di rumah sakit diberikan obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka serta obat untuk meringankan gejala seperti obat panas dan obat batuk.

(Edi Hidayat)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement