Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cerita soal Remaja Depresi di Negeri Paling Bahagia

Cerita soal Remaja Depresi di Negeri Paling Bahagia
Stress (ilustrasi: Dailymail)
A
A
A

Laporan Pusat Kesejahteraan dan Isu Sosial Nordik tahun 2017 menyoroti kaitan erat penyalahgunaan narkoba dengan buruknya kesehatan masyarakat.

Mereka mencatat, warga Finlandia mengonsumsi lebih banyak alkohol ketimbang warga negara-negara Nordik yang lain. Kemudian juga terjadi peningkatan penggunaan obat-obatan terlarang pada kelompok usia 25-34 tahun.

Meski angka pengangguran nasional rendah, jumlahnya paling banyak terdapat pada kelompok usia muda. Sekitar 12,5% warga usia 15-19 tahun merupakan pengangguran hingga akhir tahun 2018. Angka itu merupakan yang tertinggi di kalangan negara Nordik dan berada di atas angka rata-rata Uni Eropa, yaitu 11,5%.

 Baca juga: Banyak Kehilangan Teman saat Masuk Dunia Kampus? Ini Cara Mengantisipasinya!

Mertanen yakin, ketersediaan pekerjaan di Finlandia berperan dalam masalah kesehatan mental anak muda, karena "banyak ketidakpastian belakangan ini". Meskipun menurut standar internasional Finlandia tergolong negara dengan kondisi finansial yang stabil, menurutnya, angka kesenjangan sosial meningkat.

Mertanen juga menggarisbawahi fakta bahwa Finlandia tengah menghadapi tren dunia dalam hal digitalisasi dan gig economy - pasar pekerjaan dengan ciri khas kontrak jangka pendek atau pekerjaan lepas. Dua tren itu mulai diperbincangkan dalam berbagai diskusi terkait kesehatan mental anak-anak muda di dunia Barat.

 depresi

"Dunia menjadi semakin kompleks… Perekonomian berubah, semakin sedikit jenis karir yang bersifat stabil di mana Anda bisa masuk, lalu bekerja dan pensiun," ujar Mertanen.

Menurutnya, media sosial mungkin juga berdampak pada kesehatan mental anak muda Finlandia dan negara lainnya.

Meski dengan cepat mengklarifikasi bahwa penelitian jangka panjang berskala besar untuk mempelajari dampak 'likes' pada Instagram dan Facebook masih sangat terbatas, ia menyebut orang depresi cenderung suka memperbandingkan segala sesuatu.

Media sosial lantas dianggap memberi jalan pintas bagi sebagian orang untuk mulai membandingkan momen-momen terburuk mereka dengan momen-momen terbaik kehidupan orang lain.

Mertanen berkata, sangat mungkin citra Finlandia sebagai tempat di mana orang-orang diperkirakan merasa puas dengan hidup mereka justru memperburuk dampak negatif tren global itu terhadap anak-anak muda Finlandia, yang tidak merasa pengalaman mereka sesuai dengan stereotip itu.

"Saya rasa penelitian soal tingkat kebahagiaan dan media sosial memperparah pandangan terhadap dunia hitam-putih yang dilihat oleh orang depresi," ungkapnya.

'Semuanya baik-baik saja, hingga…'

Itu adalah pandangan yang banyak dianut anak muda Finlandia yang sudah pernah mengalami sendiri depresi.

"Anda hampir merasa bahwa Anda tidak berhak depresi di negara seperti Finlandia yang memiliki standar hidup sangat tinggi," jelas Kirsi-Marja Moberg, kini berumur 34 tahun.

Moberg pertama kali didiagnosa menderita depresi saat masih remaja. Ia berjuang keras melawan penyakit tersebut sepanjang usianya di kepala dua.

"Anda benar-benar merasa bahwa Anda sebaiknya bersenang-senang dan menikmati segala kesempatan yang ada ketika masih muda. Masyarakat pun memberi penilaian itu tentang Anda."

"Di Finlandia… Anda merasa bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja, meski kenyataannya tidak," ujar Jonne Juntura. Jonne adalah dokter berusia 27 tahun yang pernah depresi selama enam bulan semasa kuliah.

Jonne berkata, meski kondisi pribadi dan sosial yang sulit seringkali dikaitkan dengan depresi, misalnya patah hati atau mengalami kemunduran finansial, depresi merupakan penyakit yang dapat menimpa siapa saja tanpa peduli standar kehidupan yang bersangkutan.

"Meskipun statistik menunjukkan bahwa kita adalah negara paling bahagia dunia, data itu tidak menceritakan kondisi yang ada secara utuh. Karena depresi adalah sebuah penyakit dan kemunculannya tidak selalu berhubungan dengan kondisi sekitar."

"Ketika saya sendiri jatuh sakit (depresi), semuanya baik-baik saja dalam hidup saya. Saya sedang menikmati sekolah. Saya menyukai hobi-hobi saya. Saya sudah punya pacar. Tidak ada yang salah dengan hidup saya. Tapi tetap saja, saya jatuh sakit," jelasnya.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement