JAKARTA - Pembangunan dan pengembangan kota mengakibatkan terjadinya kontaminasi terhadap lingkungan baik ke air, udara, maupun tanah. Tahu kah kamu kalau pencemaran terhadap tanah menjadi hal yang penting untuk segera ditangani. Pasalnya akan berpengaruh terhadap aspek lainnya, yaitu air tanah.
Dosen Institut Teknologi Bandung, Agus Jatnika Effendi, Ph.D., dari Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB mengatakan, sebetulnya banyak sekali teknik pemulihan tanah terkontaminasi, salah satu yang dikembangkan di ITB adalah soil washing.
Baca juga: Saingi Produk Impor, Mahasiswi ITB Bikin Startup Produk Kesehatan Alami
“Soil washing sendiri bukanlah teknologi yang baru sebetulnya, di negara-negara maju terutama negara di mana pembangunan sangat masif, kejadian pencemaran tanah sudah banyak terjadi, dan sudah banyak diaplikasikan,” ujarnya, pada laman ITB, Selasa (8/10/2019).

Dia pun melakukan penelitian tentang teknologi soil washing atau alat pencuci tanah yang mampu bekerja memperbaiki tanah yang telah terkontaminasi.
Baca juga: ITB Juarai Final Nasional Asean Data Science Explorers RI
Soil washing adalah salah satu teknik memulihkan tanah yang tercemar, kembali ke kondisi awal atau semula. Sehingga tidak menyebabkan terjadinya penghantaran polutan ke media lain. Dalam penelitian, ia menjelaskan, pendekatan yang digunakan adalah remediasi atau pemulihan kembali.
“Yang jadi konsen saya sebagai peneliti adalah bagaimana penanganan pencemaran atau kontaminasi di tanah. Kenapa begitu, karena pada dasarnya, sistem tanah itu akan bergabung dengan sistem air tanah, air itu akan menjadi konsumsi manusia, dan akhirnya manusialah yang tetap terkena dampak,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa ITB Ciptakan Alat untuk Ketahui Sisa Aki Mobil
Menurutnya, yang unik dari teknologi soil washing ini adalah spesifik terhadap karakteristik setempat. Kemudian, jenis kontaminannya pun berbeda-beda. Selain soil washing, teknik lain untuk pencucian tanah adalah bio-remediasi yaitu menggunakan pendeketan secara biologi dengan memanfaatkan bakteri. Namun dijelaskannya, salah satu kelemahan dari bio-remediasi adalah waktunya yang lambat. “Dengan pendekatan soil washing ini diharapkan waktu pemulihan akan lebih singkat,” tambahnya.