DEPOK - Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) yang dicanangkan sebagai pengganti Masa Orientasi Sekolah (MOS) dilakukan tidak dengan cara kekerasan. PLS juga diminta tidak memberatkan para orangtua dengan membeli banyak aksesoris yang wajib dipakai dan digunakan siswa.
"Kami lebih mengenalkan soal tatib program sekolah lalu bagaimana meningkatkan pendidikan karakter, lalu dari segi keislaman misalnya berapa juz hapal Alquran atau bisa mengaji serta mengisi kuisioner," kata Direktur Sekolah Al Ma'mun Education Center (AMEC) Bojongsari, Depok, Ma'mun Ibnu Ridwan, Senin (18/7/2016).
Ia menegaskan, siswa senior tidak boleh terlibat dalam PLS. Siswa senior hanya menjelaskan sejumlah ekstrakurikuler dan didampingi guru. Para senior juga dilarang keras melakukan bullying verbal dan fisik kepada siswa.
"Semua aksesoris yang dianggap unik dan lucu tak boleh. Senior tak boleh gencet adiknya. Senior tak dilibatkan dalam PLS hanya kenalkan OSIS saja dan eskul. Tak boleh ada kontak langsung oleh senior dan junior," katanya.
Di SMAN 5 Sawangan Depok, PLS diisi dengan pemberian materi yang mendidik karakter siswa. Salah satunya materi bela negara oleh Koramil Sawangan serta bahaya narkoba oleh Badan Narkotika Nasional.
Kepala Sekolah SMAN 5, Zarkasih mengatakan, murid senior tidak diizinkan terlibat dalam PLS.
"Siswa sudah enggak boleh bawa apa-apa. PLS tidak ada melibatkan senior, siswa senior tugasnya hanya mengabsen lalu memberikan materi eskul didampingi guru. Saya juga memberikan instruksi kepada panitia PLS agar jangan sampai ada bullying kekerasan," kata Zarkasih.
Para siswa hanya diminta membuat papan nama (nametag) dengan kertas sederhana untuk memperkenalkan diri mereka. PLS digelar selama tiga hari dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
(Rifa Nadia Nurfuadah)