Berdasarkan temuan-temuan tersebut, Charles berpendapat bahwa pendidikan di Papua darurat dan butuh strategi untuk meningkatkannya. Menurut dia, saat ini pemerintah sendiri sudah mengalokasikan dana untuk pendidikan dan mendukung adanya pendidikan alternatif.
"Pendidikan alternatif itu seperti pendidikan berbahasa ibu, pendidikan kampung, pendidikan berbasis asrama, dan pendidikan karakter konstektual. Di program yang dilakukan di Papua, kami mengusung pendidikan berbahasa ibu dan karakter kontekstual, yakni Pakima Hani Hano," ucapnya.
Dia menambahkan, pendidikan kontekstual berdasarkan kearifan lokal bukan berarti menguburkan Ke-Indonesia-an seseoorang. Sebab, model yang ditawarkan adalah lingkungan pendidikan yang nyaman dan damai, sehingga membuat anak semangat dalam menimba ilmu.
"Justru Indonesia itu dibangun karena keragamannya. Kami tidak menghasilkan kurikulum baru, tetapi sebagai pengayaan kurikulum nasional serta buku-buku suplemen pendukung metode pembelajaran," tukasnya. (ira)
(Rifa Nadia Nurfuadah)