SURABAYA - Maraknya paham radikalisme yang masuk ke Indonesia mengancam keutuhan NKRI. Oleh karena itu, lembaga kajian Institute for Nusantara Studies (INNUS) diluncurkan di Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Lembaga ini akan bergerak menghadang gerakan-gerakan radikalisme yang mengarah kepada kegiatan terorisme. Namun, pola yang digunakan tentunya berbeda. Ketua INNUSA, Halim menjelaskan, latar belakang pendirian lembaga ini adalah bentuk kegelisahan dari kalangan akademisi melihat perkembangan masyarakat terkini.
"Bermula dari kegelisahan panjang tentang bagaimana memberikan kontribusi pembangunan masyarakat dan bangsa dari kalangan akademisi. Mengingat banyak gerakan-gerakan radikalisme yang ada di Indonesia," kata Halim saat launching INNUS di Kampus UINSA Surabaya, Rabu (18/11/2015).
Halim menambahkan, kondisi sosiokultur masyarakat sudah terdistorsi yang serba kebarat-baratan. Sementara agama banyak dikapitaliasai untuk kepentingan tertentu. Kondisi ini yang memudahkan paham-paham radikalisme kian tumbuh subur. Tidak hanya di perkotaan, melainkan sudah masuk di kalangan pedesaan.
"INNUS bergerak pada gerakan kultural. Gerakan ini sangat efektif karena belajar dari para Wali Songo dalam membangun kebudayaan di masyarakat," jelasnya.
Halim juga menyebut salah satu kegiatan sudah dilakukan INNUS adalah menerjemahkan sejumlah buku-buku radikal dengan pemahaman yang berbeda. Kegiatan ini dilakukan di Solo, Jawa Tengah.
"Kami melakukan penelitian sejumlah masjid-masjid mulai dimasuki paham-paham radikalisme. Karena itu, dengan INNUS ini mampu membendung. Kalangan akademisi sangat penting berperan," terangnya.
Hadir dalam peluncuran INNUS di Kampus UINSA Surabaya Budayawan KH A Mustofa Bisri, Rektor UINSA Surabaya Prof Abdu A'la, dan sejumlah tokoh lainnya. (ira)
(Rifa Nadia Nurfuadah)