JAKARTA – Proyeksi pendidikan era 2030 seharusnya dapat menjawab berbagai tantangan masa depan. Pertanyaannya adalah, masih sesuaikah metode pembelajaran saat ini untuk diterapkan di masa depan? Bagaimana peran guru dan apa fokus pendidikan pada 20 tahun mendatang?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebuah inisiatif global terkemuka World Innovation Summit for Education (WISE) melakukan survei terkait proyeksi rupa sebuah sekolah pada 2030. Hasil survei ini memperkirakan sistem pendidikan mengalami perubahan besar. Sekolah akan menjadi lingkungan interaktif karena inovasi dalam teknologi dan kurikulum akan secara fundamental mengubah peran guru dan membentuk kembali keseluruhan pembelajaran.
Survei itu mengungkap bahwa inovasi merupakan bagian integral dari masa depan pendidikan. Sebab, 93 persen ahli pendidikan mengatakan, mereka mendukung sekolah yang menerapkan metode inovatif berdasarkan pendekatan-pendekatan pengajaran baru dan proses kreatif.
Para ahli dari komunitas WISE pun memprediksi, sekolah akan berkembang menjadi jaringan belajar. Sumber daya online dan teknologi akan mendukung peer-to-peer networking, dialog dan pertukaran informasi, serta memfasilitasi gerakan menuju pembelajaran kolaboratif.
Menurut survei tersebut, hampir setengah dari para ahli, yakni 43 persen percaya bahwa konten akan disediakan secara dominan oleh platform online. Sementara hanya 29 persen responden berpendapat, sekolah tradisional adalah sumber utama pengetahuan.
Namun, hasil survei juga menunjukkan, para ahli melihat inovasi dapat hadir dalam berbagai bentuk, bukan teknologi. Sebanyak 75 persen dari para ahli percaya, aset paling berharga pada 2030 adalah keterampilan pribadi dan interpersonal. Hanya 42 persen yang berpendapat bahwa pengetahuan akademik akan terus bermanfaat bagi pelajar.
Kemudian, 83 persen dari para ahli juga percaya jika konten akan menjadi lebih personal yang mencerminkan kebutuhan masing-masing siswa. Temuan utama lainnya mendukung evolusi peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dibandingkan seorang pengajar.
Meski pendidikan pada 2030 menekankan pada penggunaan teknologi ICT dalam proses belajar, para ahli juga setuju bahwa kehadiran fisik dan interaksi manusia akan tetap sangat diperlukan untuk pendidikan di masa depan. Demikian, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Okezone, Kamis (23/10/2014).
Para ahli tetap berbeda pendapat atas masalah sertifikasi dan penilaian. Sebesar 39 persen ahli berpikir bahwa ijazah akan terus menjadi metode yang paling penting dari penilaian. Sementara 37 persen responden lainnya berpendapat, sertifikasi profesional yang menilai kemampuan seperti manajemen dan kolaborasi atau kreativitas akan memainkan peran yang lebih penting.
Jajak pendapat bertajuk 2030 School Survey ini dilakukan pada Juni lalu terhadap 645 perwakilan dari komunitas WISE global yang terdiri atas 15 ribu orang. Hasil survei dirilis menjelang KTT WISE 2014 yang akan digelar di Doha, Qatar 4-6 November 2014. Kegiatan tersebut bertujuan mempertemukan 1.500 anggota komunitas WISE untuk membahas tema “Imagine – Create – Learn: Creativity at the Heart of Education”.
(Margaret Puspitarini)