JAKARTA - Kapan usia ideal anak belajar calistung? Calistung merupakan kegiatan pembelajaran dasar literasi dan numerasi bagi anak-anak prasekolah hingga sekolah dasar. Istilah ini berasal dari cara alit-alit bisa ngitung, yang berarti cara anak-anak belajar berhitung.
Calistung bertujuan mengasah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Dalam aspek membaca, anak mulai mengenal huruf, membentuk kata, hingga mampu memahami bacaan sederhana. Pada tahap menulis, anak diajarkan menulis huruf, kata, dan kalimat dengan benar. Sementara itu, bagian berhitung mencakup pengenalan angka dan operasi matematika dasar, seperti penjumlahan serta pengurangan. Proses ini sekaligus melatih kemampuan kognitif anak, seperti berpikir logis, mengamati, dan mengenali pola.
Pembelajaran calistung umumnya dilakukan melalui aktivitas interaktif dan menyenangkan, misalnya permainan edukatif, lagu, atau kegiatan sensorik. Tujuannya agar anak lebih mudah memahami materi dan mengingatnya. Metode ini juga membantu mempersiapkan anak menghadapi pendidikan formal dengan bekal literasi dan numerasi yang kuat, sebagaimana dijelaskan oleh Sampoerna Academy.
Tidak ada usia baku bagi anak untuk mulai belajar calistung karena perkembangan setiap anak berbeda. Namun, ada rentang usia yang dapat menjadi acuan:
Pada tahap ini, banyak anak mulai menunjukkan ketertarikan pada huruf, angka, serta konsep matematika sederhana. Aktivitas seperti mengenal huruf dan angka, menggambar, bermain puzzle, hingga bernyanyi bisa menjadi media belajar calistung yang menyenangkan.
Saat memasuki kelas 1 SD, anak diharapkan sudah memiliki dasar calistung yang cukup. Di usia ini, proses belajar biasanya lebih terstruktur dan fokus pada kemampuan membaca lancar, menulis rapi, serta berhitung dengan lebih konsisten.
Meski begitu, penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda. Ada yang cepat tertarik dengan huruf dan angka, tetapi ada pula yang membutuhkan lebih banyak waktu. Karena itu, orang tua sebaiknya mengikuti kesiapan anak dan tidak memaksakan pembelajaran jika anak belum siap.
Pastikan kegiatan calistung dilakukan dengan cara yang menyenangkan tanpa tekanan. Dengan dukungan orang tua dan lingkungan belajar yang kondusif, anak akan lebih mudah memulai serta mengembangkan kemampuan literasi dan numerasinya secara optimal.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)