JAKARTA - Riwayat pendidikan Leony V H, mantan penyanyi cilik yang sentil anggaran Kota Tangsel. Nama Leony Vitria Hartanti, atau yang akrab dikenal sebagai Leony V. H., kembali ramai diperbincangkan publik. Mantan penyanyi cilik dari grup legendaris Trio Kwek-Kwek itu kini kerap muncul bukan karena karya musik, melainkan karena kritiknya terhadap sejumlah pos anggaran Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Melalui unggahan di media sosial, Leony menyoroti besarnya anggaran yang menurutnya tidak sesuai dengan prioritas masyarakat. Ia menyinggung dana perjalanan dinas yang mencapai Rp117 miliar serta konsumsi rapat yang menelan biaya Rp60 miliar. Ia bahkan menyatakan kesiapannya untuk berdialog langsung dengan Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, demi membahas transparansi anggaran tersebut.
Tak banyak yang tahu, Leony memiliki latar pendidikan yang cukup beragam. Berdasarkan catatan publik:
• Ia pernah kuliah di Universitas Pelita Harapan (UPH) mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual, namun kemudian berhenti.
• Setelah itu, Leony kembali ke UPH dan menempuh jurusan Psikologi (S1) hingga berhasil menyelesaikan studinya.
Riwayat pendidikan ini menunjukkan bahwa Leony tidak hanya dikenal sebagai figur hiburan, tetapi juga memiliki latar akademis yang memperkaya cara pandangnya terhadap isu-isu sosial dan kebijakan publik.
Kritik terhadap Anggaran Kota Tangsel
Unggahan Leony mengenai anggaran publik menuai respons luas dari warganet dan media. Beberapa poin yang disorot antara lain:
• Suvenir senilai Rp20 miliar.
• Konsumsi rapat / makan-minum senilai Rp60–66 miliar.
• Perjalanan dinas senilai Rp117 miliar, yang dinilai lebih besar dibanding pemeliharaan jalan dan irigasi.
Menanggapi kritik tersebut, Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, menjelaskan bahwa anggaran tersebut sudah melalui pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan mencakup berbagai kebutuhan, termasuk konsumsi pasien di rumah sakit daerah serta kegiatan di sekolah dan puskesmas.
Dari Artis ke Suara Publik
Dengan latar belakang akademis di bidang psikologi, kritik Leony terhadap pengelolaan anggaran publik dinilai punya bobot lebih. Ia tak hanya berbicara sebagai selebritas, tetapi juga sebagai warga negara yang peduli pada keterbukaan dan akuntabilitas.
Keberanian Leony menjadi pengingat bahwa setiap warga negara, apapun profesi dan pendidikannya, berhak mengawasi jalannya anggaran publik demi memastikan kesejahteraan masyarakat.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)