Agar lebih ramah lingkungan, rumah berbasis kayu tersebut dialiri listrik dari hasil bakaran wood pellet serbuk gergaji. Wood pellet dapat dijadikan alternatif bahan bakar pengganti batu bara. Inovasi tersebut telah sukses diuji coba di Kalimantan Tengah.
“Selain dialiri listrik ramah lingkungan, penghuni rumah bisa menggunakan wood pellet tersebut untuk bahan bakar kompor, harga per kilogramnya hanya Rp2.000, jauh lebih murah daripada gas melon. Untungnya lagi, asap hamper tidak ada,” katanya.
Dia mengaku, wood pellet tersebut juga sudah dikenalkan ke industri usaha kecil dan menengah (UKM) sekitar Bogor. Uji coba yang dilakukan di industri tekstil dan teh juga memperoleh hasil yang memuaskan, serta lebih aman bagi lingkungan.
Inovasi yang Dede kembangkan lainnya adalah papan semen cerdas dengan tambahan serat kayu. Bila mengalami keretakan dapat pulih sendiri dan mampu menyerap polusi udara. Ke depannya, ia juga berencana mengembangkan kayu transparan pengganti kaca atau biofilm.
(Dani Jumadil Akhir)