JAKARTA - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melakukan pertemuan dengan Wakil Grand Syaikh Al-Azhar Kairo Muhammad Ad-Duwainy di Jakarta. Pertemuan membahas penguatan kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Al Azhar, di mana sekitar 15 ribu mahasiswa Indonesia berada di Kairo menempuh studi di Universitas Al-Azhar.
"Mahasiswa Indonesia menempati urutan jumlah terbanyak di Al-Azhar. Mereka dipandang mampu meraih prestasi yang bagus dan memiliki akhlak yang bagus," ujar Ad-Duwainy, Kamis (27/6/2024).
Ad-Duwainy yang didampingi oleh Penasehat Grand Syaikh Al-Azhar urusan Mahasiswa Internasional Nahlah Al Soidy menggarisbawahi perlunya semua lembaga pendidikan di Indonesia untuk mengajukan muadalah (penyamaan) ke Al Azhar sebagai syarat utama dapat belajar di Al-Azhar.
Syaikh Ad-Duwainy menyampaikan, satu-satunya lembaga yang berhak dan telah disahkan oleh Majelis A'la Al-Azhar untuk mengadakan ujian masuk bagi calon mahasiswa yang akan ke Universitas Al-Azhar adalah Markaz Tatwir, yang berada langsung di bawah Masyikhotil Azhar yang dipimpin oleh Prof. Nahla.
Ad-Duwainy juga menambahkan bahwa Markaz Tatwir akan bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, KBRI Kairo, Kedutaan Besar Mesir di Jakarta dalam teknis pelaksanaan seleksi tersebut. Beliau juga meminta Kemenag untuk bekerja sama dengan Markaz Tatwir dalam pengembangan Bahasa Arab di Indonesia.
Prof. Nahlah menjelaskan, bahwa ke depan, semua hal-hal teknis terkait kompetensi akademis dan kompetensi Bahasa Arab yang harus dimiliki oleh calon mahasiswa akan dilakukan di Indonesia, sehingga kelak saat ketibaan di Kairo dapat langsung masuk kuliah di Universitas Al-Azhar.
Nahla juga menegaskan kembali bahwa pondok-pondok pesantren yang sudah mendapatkan muadalah (penyamaan) dari Al-Azhar, diharuskan mengajarkan manhaj Al-Azhar, sehingga alumninya bisa langsung mendaftar di Universitas Al-Azhar.