Kisah Maya Nabila Lulus S3 di Usia 24 Tahun, Jadi Wisudawan Doktor Termuda ITB

Farida Syifa Anandita, Jurnalis
Senin 03 Juni 2024 10:40 WIB
Kisah Maya Nabila Lulus S3 di Usia 24 Tahun (Foto: ITB)
Share :

JAKARTA - Maya Nabila menjadi wisudawan doktor termuda Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia lulus S3 di usia 24 tahun.

Memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan pendidikan dengan baik adalah prinsip yang dipegang Maya pada wisuda yang digelar April 2024.

Perempuan yang akrab disapa Maya ini adalah lulusan doktor termuda dari jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB).

Maya menyelesaikan program doktornya saat berusia 24 tahun 11 bulan, di bawah bimbingan Prof. Edy Tri Baskoro, M.Sc., Ph.D. dan Prof. Hilda Assiyatun, M.Si., Ph.D.

Di balik fakta menarik tersebut, Maya ternyata mulai belajar di SD saat berusia 5 tahun, menyelesaikan studi di SMA selama 2 tahun dan program sarjananya dalam 3,5 tahun. Minat besarnya pada matematika tidak terlepas dari sosok orang tuanya.

“Papa saya juga memiliki minat yang besar di bidang matematika. Dosen pembimbing saya selama S-2 hingga S-3 adalah dosen pembimbing papa saya juga. Saya sering diceritakan papa bagaimana matematika dapat membawa kita menjelajah, karena setiap pembimbing beliau ke luar negeri, pasti saya dan adik-adik saya dibawakan oleh-oleh cokelat,” ujarnya dilansir laman ITB, Jakarta, Senin (3/6/2024).

Dari hal itu, Maya mulai mempelajari bidang tersebut. “Kebetulan sepanjang sekolah, matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan sehingga memutuskan untuk kuliah di jurusan matematika,” katanya.

Selama menjalani program magister di ITB, Maya bersyukur memiliki teman-teman yang suportif. “Pas juga pandemi waktu itu, ketemu teman-teman yang belajarnya di waktu sembarangan gitu. Kita bisa belajar kapan aja,” ujar Maya.

Adapun saat menjalani program doktoral, banyak hal berbeda. Maya hanya mengikuti satu kelas dan banyak melakukan riset secara mandiri. “Lanjut ke S-3, tidak ada mata kuliah yang masuk kelas, kecuali Filsafat Sains,” katanya.

Selain melakukan riset, Maya berkesempatan melakukan student exchange selama empat bulan di Technical University of Košice, Slovakia, melalui program PMDSU.

Disertasinya seputar kombinatorika, khususnya Ramsey Graphs. “Yang saya kerjakan adalah untuk melihat bahwa dalam suatu struktur yang tak teratur selalu memuat ada struktur yang teratur,” katanya.

Salah satu bentuk penerapan dari ilmu ini adalah party problem. Pada problem ini, dicari berapa banyak orang yang dibutuhkan sehingga diperoleh x orang yang saling kenal dan y orang yang saling tidak saling kenal dalam sebuah pesta.

Khawatir beasiswa PMSDU berakhir sebelum lulus adalah tantangan yang dialaminya selama menjalani pendidikannya di ITB. Maya sempat menambah dua semester dari program PMSDU yang seharusnya. Selain itu, lambatnya progres dalam memperoleh hasil juga menjadi salah satu penyebab bertambahnya semester dalam studinya.

Ke depannya, Maya berencana untuk mengeksplor bidang matematika lebih luas lagi. “Saya terbuka dengan kesempatan yang ada, saya juga terbuka ke industri selain berkeinginan menjadi dosen atau pengajar,” tuturnya.

Terkait capaian yang diraihnya, Maya mengatakan, hal itu tidak terlepas dari rasa tanggung jawab, manajemen waktu, dan tidak membandingkan diri dengan orang lain, tetapi membandingkan diri saat ini dengan yang kemarin.

“Bagaimanapun diri kamu, kamu adalah manusia yang berharga. Apapun yang kau usahakan saat ini, akan membuahkan hasil walaupun tidak sekarang. Tetap semangat dengan apa yang kita perjuangkan,” katanya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya