JAKARTA – Peneliti Harijono Djojodihardjo yang menerima Nurtanio Pringgoadisurjo Award mengungkapkan kedirgantaraan Indonesia sudah dikenal sejak dahulu sebelum merdeka. Saat berperang melawan penjajah, kala itu Indonesia menggunakan pesawat sebagai salah satu perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan, dengan cara memodifikasi pesawat yang ada.
Dahulu kalau, Nurtanio Pringgoadisurjo merupakan pelopor dari kedirgantaraan Indonesia. Di mana ia membuat pesawat pada tahun 1946 dari berbagai bahan pesawat layang. Hasil usahanya dengan timnya membuahkan hasil dengan pewaswat RI-X pada tahun 1948.
BACA JUGA:
“Kedirgantaraan Indonesia sudah ada wawasannya, sebelum kemerdekaan dan itu rupanya merupakan api jiwa dari para (pejuang) yang mempunyai wawasan itu. Terlepas dari kondisi negara yang waktu itu masih menata, (api) itu tetap hidup,” ucap Harijono Djojodihardjo, baru-baru ini, Rabu (29/11/2023).
“Walaupun terhambat, tapi kalau disiram dengan dana dan networking, tentunya pasti tumbuh juga” lanjutnya.
BACA JUGA:
Prof Harijono Djojodihardjo adalah mantan Guru Besar Institut Teknologi Bandung dan Universitas Al-Azhar Indonesia yang telah berkiprah dalam dunia penerbangan dan antariksa di Indonesia selama puluhan tahun. Salah satu karya profesionalnya digunakan untuk mendukung proses design manufacturing, certification and operation Pesawat CN-235 dan design reviewer Pesawat Experimental Sudan ARC/ SAFAT Industry SAFAT-03 Aircraf.
“(Saya) ingin (hal ini) diteruskan kepada generasi gen z, itu adalah bibit-bibit bangsa kita untuk selanjutnya,” katanya.
Sedangkan Nurtanio Pringgoadisuryo merupakan perintis industri penerbangan Indonesia. Temuan-temuan hebatnya dilakukannya bersama Wiweko Soepono. Pada tahun 1947, mereka berhasil membuat pesawat layang Zogling NWG(Nurtanio-Wiweko-Glider).
Kemudian pada tahun 1950, Nurtanio berhasil merancang dan membuat pesawat Sikumbang yang merupakan pesawat all metal pertama Indonesia itu.
(Dani Jumadil Akhir)