JAKARTA - Sejak diluncurkan pada Februari 2022 lalu, Kurikulum Merdeka mulaiditerapkan perlahan di sekolah SD, SMP, dan SMA. Penerapan perlahan kurikulum ini di beberapa daerah dan kabupaten membuat ‘culture shock’ guru dan peserta didik. Sebagian guru merasa kesulitan menerapkan Kurikulum Merdeka.
Perbedaan ‘garis start’ penerapan kurikulum ini jadi polemik baru karena waktu adaptasi yang berbeda. Di beberapa sekolah penggerak, Kurikulum Merdeka berjalan dengan baik sesuai dengan harapan pemerintah.
Berbeda dengan sekolah yang ada di wilayah kabupaten karena kebanyakan baru diterapkan tahun ini. Para pengajar mengeluhkan perubahan kurikulum yang terlalu banyak tuntutan dan dianggap terlalu rumit.
“Kalau di kabupaten jangan, enggak usah (terapkan kurikulum merdeka),” kata salah satu guru di Kabupaten Bogor kepada Okezone, Senin (24/11/2023).
BACA JUGA:
Dia mengungkapkan penerapan Kurikulum Merdeka di wilayah kabupaten terbilang cukup sulit karena mayoritas anak sulit beradaptasi dengan tuntutan kurikulum di mana anak harus banyak eksplor dan buka buku sendiri. Selain itu juga dianggap membebani orangtua karena praktek P5 membutuhkan biaya membuat prakarya.
“Pokoknya kalau ditanya (tentang Kurikulum Merdeka) enggak setuju,” katanya.
Meski banyak respon negatif, tak sedikit juga yang menyambut positif Kurikulum Merdeka ini. Beberapa pengajar lain masih berharap banyak dengan perubahan sistem ini karena dianggap melatih kreativitas dan kemampuan bersosialisasi para peserta didik.
Masih ada sisi positif yang berharap kurikulum ini dapat berhasil sebagai upaya dalam memajukan pendidikan Indonesia yang kini masih tertinggal. Karena baru diterapkan, evaluasi dinilai sangat diperlukan untuk memoles penerapan kurikulum ini menjadi lebih baik lagi ke depannya.
BACA JUGA:
“Kurikulum Merdeka sekarang salah satu usaha menuju kesana, walaupun dalam prakteknya mungkin baru berapa persen kemajuannya, karena memang prakteknya belum di semua sekolah,” ujar guru lainnya dijumpai di wilayah yang sama.
Belum genap dua tahun setelah resmi dirilis, hasil dari penerapan Kurikulum Merdeka memang belum bisa terlihat karena penerapannya masih bertahap sampai tahun 2024 mendatang. Perkembangan teknologi termasuk kurikulum ini juga dianggap tantangan bagi guru karena harus pandai dalam memahami siswa.