JAKARTA - Perkembangan zaman membentuk setiap generasi dengan keunikan dan perkembangan kognitifnya masing-masing. Untuk membekali mereka di masa depan, generasi Alfa akan menghadapi pekerjaan yang saat ini belum eksis. Apa itu generasi alfa?
Generasi alfa adalah generasi yang muncul lebih muda lagi, setelah generasi Z atau Gen Z. Generasi ini lahir pada tahun 2013 dan akan selesai pada tahun 2028. Lantas, pendidikan apa yang mereka butuhkan dalam menyambut kehidupan kerja yang abu-abu ini?
BACA JUGA:
Dilansir dari World Economic Forum: “The Future of Jobs”, Kamis (9/11/2023), 65 persen anak-anak yang lahir di masa sekarang, akan menjalani pekerjaan yang belum eksis saat ini. Maka penting bagi generasi ini, yang beken disebut Generasi Alfa, untuk mempelajari pendidikan dasar yang berguna bagi perkembangannya nanti. Generasi kelahiran 2013 keatas ini, menghadapi perubahan zaman yang drastis sejak kelahiran mereka hingga periode kerja.
Psikolog Klinis Anak Samanta Elsener, menyebut generasi ini sebagai generasi stroberi dan menyebutkan bahwa mereka rentan di lingkungan kerja. Agar anak tidak sensitif nantinya, anak perlu menguasai skil esensial seperti rasa kompeten, autonomi, regulasi diri sendiri. "Satu-satunya skill paling penting di dunia saat ini adalah self regulation,” ungkap Samanta dalam sesi Talkshow Launching CURIOOkids Indonesia, Jumat (10/11/2023).
BACA JUGA:
Anak yang memiliki regulasi diri yang baik akan bisa mengontrol dirinya. Kontrol diri penting dikuasai agar anak memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah terbawa lingkungan.
Menurut Samanta, karakter ini dapat dipupuk dengan membentuk motivasi dalam diri anak. Motivasi ini terbagi dapat motivasi intrinsik dari dalam diri dan motivasi ekstrinsik dari lingkungan. Motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan tentang bagaimana anak memotivasi dirinya sendiri dengan afirmasi dan kepercayaan yang mereka miliki. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan proses pengkondisian dari lingkungan agar anak bersemangat menjalani hidupnya, biasanya diberikan orang tua. Kedua motivasi ini sangat berpengaruh pada kehidupan anak, baik secara akademik maupun non akademik.
Siapkan Softskill
Samanta menjelaskan dalam menyambut berbagai macam pekerjaan di masa depan, penting bagi anak untuk menguasai berbagai soft skill dan hard skill. "Kita harus maksimalkan pendekatan yang mengajarkan hard skill dan soft skill anak,” jelas Samanta. Keduanya harus berjalan beriringan, namun soft skill lebih ditekankan.
BACA JUGA:
Bentuk dari soft skill sendiri berupa kemampuan komunikasi, berkoperasi, empati, berpikir kreatif, percaya diri, interaksi sosial, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Sedangkan hard skill berbentuk kemampuan perencanaan dan strategi, pencapaian akademik, pengetahuan, perhatian, analisa, penguasaan bahasa, kemampuan matematika, dan penguasaan teknologi digital.
Hal-hal ini harus dikuasai oleh Generasi Alfa dalam menyambut pekerjaan baru di masa depan. Sejalan dengan ucapan Global CEO and Founder of CURIOOKids Paul Blackston, “Kesempatan kerja terbuka lebar oleh anak dengan soft skill yang terasah,” katanya.
(Marieska Harya Virdhani)