JAKARTA - Stunting merupakan permasalahan bangsa yang belum selesai. Anak bertubuh pendek atau kerdil, akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia suatu negara. Para akademisi bergabung dengan pemerintah dan swasta berupaya mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia menjadi sebesar 14% pada tahun 2024.
Hal itu sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, membutuhkan tidak hanya program intervensi gizi namun juga upaya-upaya prevensi atau pencegahan. Mereka mendukung Gerakan Anak Sehat (GAS) dengan perbaikan gizi.
Program GAS-KIPAS adalah gerakan yang diinisiasi oleh SBN Indonesia bersama APINDO, Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Institut Pertanian Bogor, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Universitas Jenderal Soedirman sebagai kontribusi nyata mengatasi masalah stunting. Dikutip dari laman resmi IPB, Ahli Gizi IPB dan Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Prof Hardinsyah mengatakan pendampingan sosial dalam rangka pemetaan sosial untuk pencegahan percepatan stunting sangatlah penting. Sosialisasi hasil pemetaan sosial ini dapat menyajikan best practice pengalaman selama pendampingan dilakukan.
BACA JUGA:
“Hal ini berkaitan dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan praktik-praktik baik terkait gizi dan bisnis makanan minuman dapat disosialisasikan kepada masyarakat. Diharapkan kita bisa belajar dari kisah-kisah sukses agar bisa diadaptasi dan diadopsi,” katanya dikutip Jumat (27/10/2023).
Menurutnya, kampus dapat melakukan pengembangan program melalui riset dan inovasi, sedangkan pemerintah memperbaiki dan menyempurnakan program percepatan penurunan stunting. Terutama dalam menggenjot kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam membantu percepatan penurunan stunting.
“Hasil diskusi dapat dijadikan perbaikan dari sisi kampus dan saran kepada pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun sejawat ibu-ibu PKK yang sangat berperan penting dalam berbagai lini,” katanya.
BACA JUGA:
Axton Salim yang juga aktif sebagai Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk menjelaskan bahwa dalam mengatasi 3 isu gizi nasional yaitu gizi kurang, obesitas dan defisiensi mikronutrien Indofood juga sudah melakukan beragam upaya intervensi dan prevensi antara lain bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) untuk memberikan edukasi kepada para tenaga kesehatan dan kader serta mengedukasi remaja putri baik melalui platform online maupun offline. Pihaknya juga mendukung fortifikasi wajib untuk mengatasi masalah micronutrient deficiency dengan menghadirkan produk-produk yang sudah terfortifikasi dan menyediakan lebih dari 30 Stock Keeping Unit (SKU) dengan “Pilihan Lebih Sehat”.
“Kami berharap akan semakin banyak pengusaha yang berkontribusi dalam program ini agar target intervensi 1.000 Posyandu dapat segera tercapai. Sehingga pada tahun 2024 target prevalensi stunting sebesar 14% bisa kita wujudkan bersama,” kata Axton Salim.