JAKARTA - Ada beberapa alasan burung gereja tidak boleh dipelihara. Burung gereja disebut juga burung pingai adalah jenis burung pipit kecil yang berasal dari keluarga Passeridae.
Keberadaan burung gereja mudah ditemui di perkotaan maupun pedesaan.
Burung gereja memiliki karakteristik yang unik, termasuk aroma yang kurang sedap. Saat seseorang mencoba mendekati burung gereja, aroma tersebut tiba-tiba tercium oleh hidung, dan hal ini bukan disebabkan oleh gangguan pada indra penciuman, melainkan merupakan sifat alami dari burung ini.
Kandang atau sangkar burung gereja seringkali menjadi tempat penumpukan kotoran. Aroma yang kurang sedap ini bisa menjadi masalah terutama jika burung gereja dipelihara dalam jumlah besar atau dalam ruang yang tidak cukup bersirkulasi udara.
Mereka bukan hanya makhluk indah yang melayang-layang di langit, tetapi juga memiliki peran ekologis yang sangat berarti. Burung gereja membantu menjaga keseimbangan ekosistem dengan berkontribusi dalam penyerbukan tumbuhan dan penyebaran benih-benih tanaman.
Tanpa interaksi mereka dengan alam, beberapa tumbuhan mungkin kesulitan berkembang biak, dan ini dapat berdampak buruk pada ekosistem secara keseluruhan.
Berikut ini Okezone akan merangkum fakta-fakta burung gereja tidak boleh dipelihara, Jakarta, Kamis (12/10/2023).
1. Bisa ganggu kehidupan manusia
Burung gereja yang dipelihara juga dapat mengganggu kehidupan manusia. Kotoran burung gereja yang menumpuk di sekitar kandang atau sangkar dapat mencemari area tersebut. Kotoran ini mengandung zat berbahaya seperti amonia, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia jika terhirup dalam jangka panjang.
Selain itu, burung gereja juga dapat merusak properti dengan mencakar atau merusak bahan bangunan. Hal ini bisa menjadi masalah serius terutama jika mereka dipelihara dalam jumlah besar atau di tempat-tempat dengan populasi burung gereja yang tinggi.
2. Risiko penularan penyakit
Ketika burung gereja dipelihara dalam jumlah besar, seperti yang sering terjadi di tempat-tempat hiburan atau kompetisi burung, ada risiko penularan penyakit. Burung gereja sering berinteraksi dengan berbagai jenis makanan di lingkungan perkotaan, termasuk sisa-sisa makanan manusia.
Hal ini membuat mereka rentan terhadap penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia. Salah satu penyakit yang dapat ditularkan adalah salmonellosis, yang dapat disebabkan oleh kontak dengan kotoran burung gereja yang terkontaminasi.
3. Stres dan masalah kesehatan
Ketika burung gereja dipelihara dalam lingkungan yang tidak alami, seperti dalam kandang atau sangkar, mereka sering mengalami stres yang signifikan. Ini adalah makhluk yang terbiasa dengan kehidupan liar dan kebebasan untuk terbang di langit.
Mereka juga memiliki naluri migrasi yang kuat. Namun, ketika mereka dipelihara dalam kondisi yang membatasi gerakan mereka, mereka bisa merasa tertekan dan gelisah. Stres ini dapat berdampak buruk pada kesehatan burung gereja, termasuk masalah pernapasan, gangguan pencernaan, dan kehilangan bulu.
(Dani Jumadil Akhir)