JAKARTA - Kapan Presiden Soekarno ditetapkan sebagai Insinyur? Sebuah sejarah yang harus diketahui masyarakat, khususnya anak muda zaman sekarang.
Soekarno adalah presiden pertama Indonesia yang dikenal pula sebagai tokoh perjuangan yang berperan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari kolonialisme Belanda.
Dia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bersama dengan Mohammad Hatta. Dia pula orang pertama yang mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan dia yang menamainya.
-Pendidikan Soekarno
Dikutip dari berbagai sumber, Senin (25/9/2023), Soekarno lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada 6 Juni 1901. Ayahnya adalah seorang guru di sekolah dasar berdarah Jawa dan ibunya adalah putri dari keluarga bangsawan Bali. Soekarno merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Soekarno kecil tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulungagung, Jawa Timur. Lalu, dia memasuki sekolah dasar di Eerste Inlandse School di Mojokerto dan pada 1911 Soekarno pindah ke Europeesche Lagere School.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Soekarno melanjutkan pendidikan di HBS (Hogere Burger School) di Surabaya. Soekarno tinggal bersama H.O.S Cokroaminoto sang pemimpin organisasi pergerakan Syarekat Islam (SI). Dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke jurusan teknik sipil di Technische Hoogeschool (THS) Bandung pada 1921 dan mendapatkan gelar insinyur sipil (Ir.) pada 1926.
Pendidikan kala itu menjadi sesuatu yang mahal. Bagi mereka yang bisa meraihnya hanya
kaum bumiputra terbatas saja. Soekarno memahami benar hal itu. Dia yang mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan tak ingin menyia-nyiakannya.
Dia belajar dengan giat. Soekarno yakin pendidikan adalah alat melepas belenggu penjajahan alias sebagai juru selamat kaum bumiputra. Dia pun mulai memiliki rencana melanjutkan pendidikan hingga negeri Belanda.
Sayang, keinginan tersebut pupus karena tak mendapatkan restu orangtuanya. Alhasil, Bung karno melanjutkan pendidikannya ke Technische Hoogeschool te Bandoeng.
-Karya Soekarno
Semasa menjabat sebagai presiden, Soekarno membuat beberapa karya arsitektur. Dia melihat Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan pada masa datang.
Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara.
- Masjid Istiqlal (1951)
- Monumen Nasional (1960)
- Gedung Conefo[20]
- Gedung Sarinah[20]
- Wisma Nusantara[20]
- Hotel Indonesia (1962)[21]
- Tugu Selamat Datang[21]
- Monumen Pembebasan Irian Barat[21]
- Patung Dirgantara
- Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf
- Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957
(RIN)
(Rani Hardjanti)