“Kita memerlukan langkah-langkah sistematis untuk mewujudkan prediksi tersebut. Fakta hari ini, ternyata kita mengalami proses deindustrialisasi, ditunjukkan dengan penurunan kontribusi sektor industri bagi perekonomian nasional dari 21,57 persen di tahun 2013 menjadi 17,84 persen di tahun 2022,” urainya.
Karena itu, ia menyarankan konsep agromaritim 5.0 agar menjadi pilar reindustrialisasi Indonesia. Dengan menyinergikan transformasi ekonomi dan transformasi sosial, paradigma ini dinilainya akan menghasilkan pemerataan ekonomi nasional yang berbasis kekuatan sosial.
“Pilihannya adalah agromaritim 5.0, karena kita mengharapkan industrialisasi baru Indonesia ke depan sesuai dengan struktur sosial masyarakat kita yang mayoritas tenaga kerjanya bergerak di bidang pertanian,” ujarnya
Di lain sisi, tugas pokok perguruan tinggi dalam mewujudkan kerangka reindustrialisasi adalah dengan menciptakan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi unggul berbasis keberlanjutan dan 4.0.
“Kita memiliki visi sebagai techno-socio entrepreneurial university yang menjadi wajah IPB University sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam riset dan inovasi. Dan saat ini makin kuat dengan didukung kehadiran Science Techno Park (STP) IPB University,” terangnya.
Sebagai implementasi sociopreneurship, IPB University telah merangkul perdesaan melalui program pengabdian masyarakat dan inovasi sosial. Hingga kini, IPB University sudah membina 4.398 desa (5,9 persen) di Indonesia. Langkah tersebut tak lain untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kekuatan ekonomi Indonesia.
“Urgensi agromaritim menuju reindustrialisasi ini sangat penting, karena ketahanan pangan dan pengembangan agromaritim adalah kunci transformasi Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi kekuatan ekonomi nasional dan modal Indonesia memimpin global-south,” tandasnya.
(Taufik Fajar)