Ini Cara Tepat Mendidik Siswa Berkebutuhan Khusus

Marieska Harya Virdhani, Jurnalis
Selasa 15 Agustus 2023 10:00 WIB
Cara tepat mendidik anak berkebutuhan khusus (Foto: JCGC/JAPC)
Share :

JAKARTA - Indonesia bertekad memberikan kesempatan untuk pendidikan inklusi. Salah satunya yakni komitmen untuk mendidik anak berkebutuhan khusus dengan cara yang tepat.

Menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3% atau 2.197.833 anak. Disabilitas anak dapat dipetakan menjadi berbagai disabilitas, termasuk disabilitas intelektual, kesulitan belajar khusus, disabilitas fisik, disabilitas sosial, gangguan perhatian dan hiperaktivitas, ataupun gangguan spektrum autisme. Juga seiring dinamisnya beragam aspek kehidupan masyarakat serta kompleksnya persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat urban pun semakin membutuhkan terwujudnya kesehatan mental.

Dalam keterangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdas Dikmen), Dr. Iwan Syahril, Ph.D., mengajak masyarakat untuk menciptakan pendidikan yang berkeadilan bagi semua anak tanpa memandang perbedaan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), setiap tahun sekitar 3.000 sampai 5.000 anak lahir dengan kondisi down syndrome. Hingga kini, diperkirakan terdapat 8 juta penderita down syndrome di seluruh dunia. Oleh karena itu, Kemendikbudristek melalui kebijakan Merdeka Belajar selalu berpihak pada setiap anak dan terus mendorong tumbuhnya sekolah-sekolah inklusi.

“Prinsipnya, sekolah hadir memberikan kesetaraan hak bagi setiap anak dan menghadirkan pembelajaran yang mengakomodir semua peserta didik termasuk bagi penyandang disabilitas,” tutur Iwan dikutip Selasa (15/8/2023).

Berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik) per Desember 2022, sebanyak 40.928 sekolah telah melaksanakan pendidikan inklusi baik di jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta. Dari jumlah satuan pendidikan tersebut, sebanyak 135.946 peserta didik berkebutuhan khusus telah melaksanakan pembelajaran di dalamnya.

Salah satu komitmen dilakukan Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) Jakarta dengan klinik layanan kesehatan mental sekaligus yaitu Jakarta Children’s Growth Center (JCGC), layanan kesehatan mental/tumbuh kembang khusus anak-anak dan remaja, dan Jakarta Adult Psychology Center (JAPC), untuk melayani klien dewasa dan pasangan.

Mengenal Anak Disabilitas

Disabilitas anak dapat dipetakan menjadi berbagai disabilitas, termasuk disabilitas intelektual, kesulitan belajar khusus, disabilitas fisik, disabilitas sosial, gangguan perhatian dan hiperaktivitas, ataupun gangguan spektrum autisme. Juga seiring dinamisnya beragam aspek kehidupan masyarakat serta kompleksnya persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat urban pun semakin membutuhkan terwujudnya kesehatan mental.

Deteksi Dini Anak Disabilitas

Cara mendeteksinya adalah dengan melalui terapi. Dengan Jakarta Children’s Growth Center (JCGC), pendidikan inklusi dapat dikembangkan melalui pusat pelayanan psikologi, tumbuh kembang dan terapi. Ada pula pengetesan dan pemeriksaan psikologis, berupa evaluasi komprehensif profil mental anak (Child Comprehensive Evaluation), tes intelegensi (IQ), tes kesiapan sekolah (School Readiness Test), serta tes minat dan bakat (Career Pathway & Exploration test).

Di samping pemeriksaan psikologis, ajak anak mengikuti layanan terapi seni, terapi bermain, terapi musik, terapi wicara, terapi okupasi, dan psikoterapi lain yang terbukti secara ilmiah.

Begitu juga teknologi terapi neurofeedback yang merupakan teknik mutakhir untuk melatih otak agar berfungsi dan beroperasi pada level maksimal, juga melatih jalur saraf sehingga membuat berbagai wilayah otak dapat berfungsi lebih baik. Terapi ini terbukti efektif pada beberapa anak dengan kesulitan mempertahankan fokus perhatian, termasuk pada anak dengan ADHD.

Semua Anak itu Unik

Prinsipnya, semua anak itu unik. Mereka memiliki keistimewaan masing-masing.

"Semua anak itu unik, dan harus didukung untuk mencapai potensi terbaik mereka. Beberapa anak membutuhkan terapi okupasi untuk mengatasi masalah motorik. Anak-anak lain membutuhkan terapi wicara untuk mengatasi masalah bicara. Sementara yang lainnya membutuhkan konseling psikologis untuk mengatasi masalah perilaku atau kesehatan mental," ucap Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan di Jakarta, Stephanie Riady.

Psikolog Klinis BFL Karel Karsten Himawan, Ph.D., menawarkan pendekatan yang unik dalam mengedukasi kesehatan mental, yakni pendekatan yang berbasis relasi. Isu mental tidak bisa lepas dari konteks relasi, sehingga fokus terapi ialah pemulihan relasi antara individu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, termasuk dengan Penciptanya.

(Marieska Harya Virdhani)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya