Pria yang juga menjadi Ketua Asosiasi Desain Grafis Indonesia chapter Malang itu memilih tiga warna utama dalam desain ini.
BACA JUGA:
Kemudian, warna hijau sebagai inspirasi utama, yang menggambarkan hutan dan hutan lindung di Kalimantan.
"Emas melambangkan IKN sebagai cikal bakal role model kota dunia, dan jingga yang menggambarkan kebersamaan atau sinergi yang berkelanjutan, antara stakeholder, masyarakat dan pemerintah," jelas Dimas.
Dalam prosesnya, alumnus Institut Teknologi Bandung itu tak sendiri. Ia dibantu oleh researcher, copywriter, dan dua orang desainer grafis.
Ia mengatakan ide besarnya datang dari kepalanya. Namun, untuk mematangkan ide itu, ia dan tim menggelar diskusi.
"Ide besarnya dari saya, lalu kami diskusikan hingga menghasilkan konsep tridaya dan 3 fase. Durasi pengerjaannya secara efektif mulai dari pertengahan Oktober, secara efektif 3-4 bulan dan selama pembuatan kita ada pendampingan dari tim kurator yang isinya para ahli dari otorita IKN dan ADGI pusat," terangnya.
BACA JUGA:
Dimas mengungkap perjalanan menjadi finalis bukanlah hal yang mudah. Apalagi ia terpilih masuk lima besar harus bersaing dengan 500 lebih peserta.
"Tantangannya, logo ini bisa digunakan untuk 20 tahun lagi, dan benar - benar terasa saat 2045 nanti. Jadi, bagaimana caranya logo ini bisa relevan hingga 20 tahun lagi dan seterusnya, dan tetap terinspirasi dari Pancasila untuk bisa menggambarkan dan mewakilkan sisi kelanjutan dan kebersamaan, dalam bentuk segi lima sebagai bentuk inti logo ini," pungkasnya.
( Muhammad Fadli Rizal)