Wisudawan asli Palestina itu bercerita bahwa semasa menjalani sekolah setingkat SMA (sekolah menengah atas) di Gaza, ia sempat mengalami kepahitan.
Pasalnya, sekolah tempatnya belajar tercatat pernah mengalami kehancuran sebanyak tiga kali.
“Alhamdulillah, kami sebagai murid-murid di Gaza tetap semangat untuk menjalani kegiatan belajar mengajar,” kata Ahmed.
Selepas lulus SMA di negara asalnya, ia mendapatkan beasiswa di salah satu universitas di Sudan.
Namun sayangnya, kesempatannya dalam meraih beasiswa tersebut sempat terhalang lantaran sulitnya mendapatkan akses ke luar dari negaranya, Palestina.
Satu tahun berlalu, hambatan berupa kesulitan akses tersebut berhasil ia lalui. Ahmed selanjutnya dapat merasakan pendidikan singkat selama satu semester di Sudan, sebelum akhirnya tempatnya belajar itu terpaksa ditutup secara permanen.
“Saya mulai satu semester di fakultas kedokteran di salah satu universitas di Sudan. Namun sayangnya, karena terdapat suatu masalah, universitas tersebut ditutup secara keseluruhan,” jelasnya.
Alih-alih berputus asa lantaran kegagalan yang dialami, Ahmed justru semakin terpacu dan bersemangat untuk mengejar mimpinya.
Ia mencoba mencari-cari beasiswa yang memberikan akses untuk mengenyam pendidikan bidang kedokteran.