Selama menjadi mahasiswi, Nur Riska dikenal sebagai orang yang ceria. "Sangat ceria malah menurutku. Sayang keceriannya mulai luntur tiap mendekati pembayaran UKT, seperti sekarang ini. Ancaman putus kuliah, seolah meremas-remas hatinya. Menyergap semua mimpi indah yang ia bangun," kata Ganta.
Ganta menceritakan bahwa sebenarnya di awal perkuliahannya, Nur Riska sempat bolak-balik dari Rektorat UNY untuk mengajukan keberatan terhadap nominal UKT-nya. Tapi, menurutnya, seperti dimainin oleh birokrasi dioper ke sana sini.
"Padahal, baru-baru ini saya baru tau, kala itu hanya untuk bolak-balik rektorat, ia selalu jalan kaki dari kosannya di Pogung sampai ke jl. Colombo. Riska memang selalu jalan kaki ke mana saja. Mahfum, ia ga memiliki cukup uang utk memesan driver online," demikian cuitan Ganta.
Ganta melanjutkan, selama hidupnya Nur Riska selalu berhati-hati untuk menggunakan uang. Salah satu temannya pernah memberinya abon. Dia sangat senang.
"Selama di kos dia terlihat hanya makan nasi dengan abon yang diberi temannya tadi. Bahkan odol, sabun, shampo dan mi instan dia dapatkan dari pemberian temannya," ujarnya.
"Ini yang membuat saya begitu kagum dengannya. Ia begitu kuat, sangat kuat, terlalu kuat. Atau yg sebenarnya terjadi, dia dipaksa kuat," imbuh Ganta.
Salah satu hal yang membuat Nur Riska berusaha kuat ialah ambisinya untuk menjadi sarjana agar di satu masa dirinya dapat membantu masa depan adik-adiknya