JAKARTA - Tangga nada diartikan sebagai susunan nada yang berurutan. Tangga nada sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu tangga diatonis dan tangga nada pentatonis.
Tangga nada pentatonis disebut juga sebagai tangga nada yang menggunakan lima nada pokok.
Tangga nada pentatonis terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu tangga nada pelog dan slendro.
Tangga nada pentatonis ini juga biasa digunakan pada musik tradisional China, Jepang, dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri, penggunaan tangga nada pentatonis sering kali ditemukan pada gamelan Jawa, Bali, dan Sunda.
Lagu atau musik yang menggunakan tangga nada pentatonis sering ditemukan dalam berbagai lagu tradisional atau lagu rakyat.
Lagu daerah di Nusantara sendiri didominasi tangga nada pelog dan slendro.
Lagu daerah dengan tangga nada pentatonis pelog
Tangga nada pentatonis pelog bersifat tenang, khidmat terkesan hormat. Tangga nada pentatonis pelog sendiri tersusun atas nada 1-2-3-4-5-6-7 (do-re-mi-fa-so-la-si).
Apabila disamakan dengan tangga nada pentatonis, nada re dan le, sangat jarang digunakan. Jadi, tangga nada yang lebih dominan dipakai hanyalah 5 saja.
Berikut judul lagu dengan tangga nada pentatonis pelog:
Ngusak Asing (Bali)
Macepet-Cepetan (Bali)
Gundul-Gundul Pacul (Jawa Tengah)
Karatagan Pahlawan (Jawa Barat)
Pitik Tukung (Jawa Tengah)
Lagu daerah dengan tangga nada pentatonis slendro
Tangga nada pentatonis slendro bersifat semangat dan rasa gembira. Tangga nada pentatonis jenis slendro ini tersusun atas nada 1-2-3-5-6 (do-re-mi-fa-so-la-).
Berikut judul lagu dengan tangga nada pentatonis slendro:
Te Kate Dipanah (Jawa Barat)
Cing Cangkeling (Jawa Barat)
Lir Ilir (Jawa Tengah)
Kerraban Sape (Madura-Jawa Timur)
Janger (Bali)
(Natalia Bulan)